Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Likuiditas Longgar Menjadi 'Pisau Bermata Dua', Ini yang Dilakukan Bank Mandiri

Jumlah dana masyarakat yang dihimpun Bank Mandiri pada Juli 2020 tumbuh 14,32% secara year on year (yoy) dibandingkan posisi Juli 2019 Rp755,26 triliun menjadi Rp863,45 triliun.
Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Hery Gunardi memberikan pemaparan di sela-sela penandatanganan perjanjian kerja sama di Jakarta, Selasa (8/9/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Hery Gunardi memberikan pemaparan di sela-sela penandatanganan perjanjian kerja sama di Jakarta, Selasa (8/9/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. hingga Juli 2020 telah menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp863,45 triliun atau tumbuh 1,18% dari posisi Juni 2020 Rp853,41 triliun.

Jumlah dana masyarakat yang dihimpun Bank Mandiri pada Juli 2020 tumbuh 14,32% secara year on year (yoy) dibandingkan posisi Juli 2019 Rp755,26 triliun.

Wakil Direktur Bank Mandiri Hery Gunardi mengaku likuiditas yang sangat ample saat ini seperti pisau bermata dua. Pasalnya, di tengah demand kredit yang rendah, likuiditas yang berlebih akan meningkatkan cost untuk perseroan. Bank Mandiri berupaya untuk mengatasi kelebihan likuiditas tersebut dengan mendorong penyaluran kredit secara selektif.

Selain itu, perseroan telah menurunkan suku bunga deposito ke level 3,5%. Sepanjang tahun ini, menurutnya, perseroan sudah tiga kali melakukan suku bunga deposito. Bahkan, suku bunga deposito kali ini menjadi yang terendah sepanjang masa Bank Mandiri.

"Langkah yang sudah dilakukan adalah menurunkan suku bunga deposito. Kami sudah tiga kali menurunkan counter rate, akibatnya memberikan pengurangan biaya bunga yang cukup signifikan," katanya kepada Bisnis, Jumat (18/9/2020).

Bank Mandiri pun masih mengharapkan DPK akan terus bertumbuh di tengah pandemi ini. Diproyeksi, DPK Bank Mandiri masih bisa tumbuh double digit. Sebagai upaya menjaga likuditas, perseroan pun akan tetap menyalurkan kredit secara selektif.

"Harapannya masih tetap tumbuh dan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hanya di jakarta dan kali ini tidak seketat PSBB fase 1," sebutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper