Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jumlah Unbankable di Indonesia Bakal Menurun Berkat Layanan Digital

IDC Financial Insights memproyeksi jumlah masyarakat tanpa rekening bank di Indonesia akan berkurang hingga di bawah 20 persen pada 2025.
Ilustrasi Bank/Istimewa
Ilustrasi Bank/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Laporan Fintech and Digital Banking 2025 (Asia Pacific) IDC InfoBrief edisi II bersama Backbase menunjukkan bahwa perbankan di Indonesia sedang mempercepat laju investasi pada sektor teknologi untuk menjawab tantangan pasar dalam berkompetisi dengan platform fintech dan digital lifestyle.

Associate Vice-President of IDC Financial Insights Asia Pacific Michael Araneta mengungkap, kendati pada 2020 Indonesia mampu menunjukkan ketahanan sektor jasa keuangan, para pelaku tetap harus memfokuskan kembali upaya mereka untuk berorientasi pada pelanggan dan penggunaan platform.

Apabila hal ini berhasil digelar, IDC Financial Insights memproyeksi jumlah masyarakat tanpa rekening bank di Indonesia akan berkurang hingga di bawah 20 persen pada 2025.

"Informasi yang dihasilkan dalam laporan ini harapannya mampu membantu perbankan, neobank, dan fintech dalam mengidentifikasi prioritas utama investasi dalam persiapan untuk tahun 2025 dan seterusnya," ujarnya dalam laporan, dikutip Sabtu (27/3/2021).

Studi ini didasarkan pada tinjauan IDC Financial Insights tentang strategi perbankan digital oleh 65 bank dari pasar utama Asia Pasifik yang mewakili lebih dari 65 persen total pangsa aset di setiap pasar.

Studi ini juga mengamati 100 bank pendatang baru dan fintech di bawah Challenger Bank Program dari IDC Financial Insights Asia Pacific pada kuartal IV/2020 sampai kuartal I/2021.

Tercatat bahwa pelaku perbankan di Indonesia juga akan berfokus pada pemanfaatan teknologi baru, seperti kecerdasan buatan (AI), untuk meningkatkan pendapatan dan customer engagement.

Kekuatan bank digital di Indonesia dinilai menjadi kunci keberhasilan institusi finansial dalam pemulihan ekonomi di masa pandemi. Perbankan digital juga mampu memenuhi kebutuhan nasabah yang terus berubah.

Secara umum, perbankan digital di Asia Pasifik mengalami peningkatan jumlah nasabah hingga 3 kali lipat lebih besar daripada bank konvensional pada 2019/2020.

Bank-bank terkemuka pun telah memfasilitasi setidaknya 50 persen dari pertumbuhan transaksi dan interaksi pelanggan secara digital.

Namun demikian, para pelaku perbankan harus aware terhadap kompetisi baru, di mana pemimpin pasar dan pemain baru memperebutkan pangsa pasar yang sama dan bersaing sebagai penyedia layanan digital-first.

IDC pun memperkirakan akan ada 100 kompetitor baru dari seluruh wilayah Asia Pasifik pada tahun 2025, kendati lanskap perbankan Asia Pasifik telah banyak ditinggalkan oleh pemain neobank dan fintech akibat terseleksi oleh pandemi Covid-19.

"Melalui kehadiran kompetitor baru yang menawarkan layanan pascapandemi yang lebih kuat, setidaknya akan menghadirkan dua bank digital di setiap pasar Asia Pasifik yang akan menjadi tantangan berarti bagi pemimpin pasar perbankan," ungkapnya.

Teknologi yang Humanis

Beberapa perusahaan fintech yang telah meraih pangsa pasar yang cukup besar pada tahun 2019 pun diramal akan melanjutkan tren keberhasilan. Kategori fintech yang menunjukkan kesuksesan meliputi layanan pembayaran, wealth advisory, layanan alternative data, pemberi pinjaman atau lending, dan pembuatan rekening online atau ccount origination.

Sementara itu, bank konvensional semakin fokus merespon perubahan perilaku konsumen. IDC memperkirakan setidaknya 40 persen dari nasabah perbankan di Indonesia akan mendapatkan layanan onboarding oleh bank atau pihak ketiga, serta layanan e-KYC pada tahun 2025.

"Pada saat yang sama, bank-bank Tier 1 dan Tier 2 di Indonesia akan menawarkan setidaknya lima layanan ekosistem digital lifestyle. Tidak mengherankan jika bank digital di seluruh Asia Pasifik pun mengalami pertumbuhan nasabah tiga kali lipat dibandingkan dengan bank konvensional pada tahun," tambahnya.

Inisiatif inovasi diharapkan akan terjadi pada 2021, dan sekitar 50 persen dari bank tier 1 sudah memiliki framework yang tepat guna.

Investasi pada sektor digital yang dinilai membuahkan tren lanjutan digital terus membaik, yaitu bank memiliki layanan yang lebih baik untuk mendapatkan pelanggan baru, memperluas share of wallet, dan menawarkan lebih banyak produk.

"Sekitar 44 persen dari 250 bank terkemuka di Asia Pasifik akan memanfaatkan platform dengan modernisasi terkomponen dan pemanfaatan API. Oleh sebab itu, pengeluaran belanja teknologi untuk tata kelola, risiko, dan kepatuhan (GRC) mengalami pertumbuhan hingga dua digit pada tahun 2019/2020, sementara bidang investasi lainnya tertinggal," jelas Michael.

Sekitar 60 persen bank di Asia Pasifik diproyeksi memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) atau Machine Learning (ML) untuk pengambilan keputusan berbasis data, meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 48 persen.

Tren back-to-basic juga telah menggantikan kebutuhan akan sumber pendapatan baru. Pada sektor layanan keuangan Indonesia pasca pandemi, IDC memperkirakan bahwa bank-bank terkemuka di Indonesia akan mengurangi pengeluaran modal (capex) sebesar 10 persen untuk mengelola core banking system, termasuk sistem multichannel.

Bank-bank di kawasan Asia Pasifik juga akan berfokus pada digitalisasi layanan pinjaman dan simpanan mereka. Penyediaan layanan baru perbankan akan diperoleh dari kemitraan seperti fintech.

IDC memperkirakan pada pertengahan 2021, hingga 50 persen dari keputusan pemberian pinjaman oleh perbankan ritel akan didukung oleh layanan fintech, sehingga menunjukkan percepatan kolaborasi bank dengan fintech.

Regional Director for ASEAN & South Asia Backbase Riddhi Dutta, memproyeksi bahwa ke depan, layanan pelanggan yang lebih humanis dan berorientasi pada nasabah diproyeksi menjadi prioritas perkembangan digitalisasi perbankan.

"Dengan semakin meningkatnya  tantangan dari fintech dan platform digital lifestyle, bank-bank konvensional di Indonesia semakin menyadari kebutuhan untuk berinvestasi pada teknologi.

Backbase sendiri merupakan perusahaan teknologi yang memiliki misi untuk mengubah sistem perbankan, sehingga lembaga keuangan tidak hanya berinteraksi tetapi juga terlibat dengan pelangganyang mereka layani.

Lewat produk Backbase Engagement Banking Platform, Backbase mengakokidasi pelaku usaha memberdayakan semua lini bisnis dalam satu platform, termasuk Ritel, UKM & Korporat, serta Wealth Management.

"Dengan berinvestasi pada sistem arsitektur modular, akan memungkinkan institusi keuangan untuk membuat dan mengubah proses, produk, atau kanal bisnisnya sesuai kebutuhan dan memenuhi perubahan kebutuhan nasabah Indonesia dengan lebih baik. Backbase berkomitmen untuk membantu lembaga keuangan di Indonesia untuk mencapai tujuan digital mereka dan menciptakan platform perbankan digital yang dapat diandalkan di masa depan," ujarnya.

Menurut Riddhi, perbankan perlu menjalin komunikasi dengan nasabah dengan mengedepankan empati, kepercayaan, dan keandalan yang ditunjang dengan inovasi digital.

Proses integrasi sentuhan manusia dalam strategi customer engagement perbankan telah mengalami peningkatan, terlihat dari semakin tingginya pemanfaatan layanan contact center oleh pelanggan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper