Pandemi Covid-19, Pinjaman Fintech Masih Tumbuh

Fintech berkontribusi membantu masyarakat yang membutuhkan pendanaan cepat dengan cara yang mudah
Foto: Ilustrasi Finansial
Foto: Ilustrasi Finansial

Bisnis.com, JAKARTA-- Kinerja pembiayaan industri teknologi finansial (financial technology/fintech) tumbuh positif di tengah periode sulit akibat pandemi Covid-19. Fintech berkontribusi membantu masyarakat yang membutuhkan pendanaan cepat dengan cara yang mudah.

Statistik fintech lending yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran pinjaman fintech pada Januari 2021 senilai Rp9,38 triliun, sementara pada Mei 2021 senilai Rp13,16 triliun.  Dengan kata lain, selama 5 bulan pertama penyaluran pinjaman fintech tumbuh 40,29 persen (year to date/y-t-d).

Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Adrian Gunadi, mengatakan pertumbuhan industri fintech di Tanah Air tidak lepas dari kolaborasi pelaku usaha dan ekosistem fintech yang terus tumbuh dari sisi pendanaan melalui mitra.

“Juga karena proses digitalisasi yang lebih memudahkan dan lebih dapat diterima [accessible],” katanya kepada Bisnis, Rabu (28/7).

OJK juga mencatat outstanding pembiayaan atau besar sisa pokok pinjaman pada waktu tertentu di luar bunga, denda, dan penalti dari para pemain fintech tercatat tumbuh positif. Pada Januari 2021 outstanding tercatat senilai Rp16,07 triliun, sementara pada Mei senilai Rp21,74 triliun, tumbuh 35,28 persen.

Sejalan dengan pertumbuhan penyaluran pinjaman, jumlah rekening penerima pinjaman aktif juga bertumbuh. Hingga Mei 2021, jumlah rekening penerima pinjaman aktif telah mencapai 22,21 juta rekening.

Pada saat bersamaan, TWP90 juga masih terkendali pada level 1,5 persen. TWP90 merupakan rasio tingkat wanprestasi atau kelalaian penyelesaian kewajiban yang tertera dalam perjanjian di atas 90 hari sejak tanggal jatuh tempo.

Adrian menambahkan fintech termasuk dalam industri yang mendapatkan program restrukturisasi yang diberikan pemerintah. Namun, karena model bisnis sebagai peer to peer lending (P2P), restrukturisasi dilakukan dengan mendapatkan persetujuan lenders (pemberi pinjaman).

Sementara itu, PT Pintar Inovasi Digital (Asetku) optimistis dapat menyalurkan pembiayaan senilai Rp18 triliun pada tahun ini. Hingga Juli 2021, Asetku tercatat telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp11,8 triliun atau setara dengan 65,5 persen dari target.

Commissioner Asetku, Jimmi Adhe Kharisma mengatakan bahwa sejalan dengan tren pembiayaan fintech yang meningkat, pembiayaan Asetku juga tumbuh. Tahun ini, Asetku menargetkan penyaluran pembiayaan senilai Rp18 triliun, tumbuh 12,5 persen dibandingkan realisasi 2020 senilai Rp16 triliun.

“Target pembiayaan Asetku pada tahun ini Rp18 triliun. Tahun lalu targetnya Rp14 triliun, sementara realisasi Rp16 triliun. Saat ini rata-rata pembiayaan tiap bulan pada kisaran Rp1,6 triliun,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (3/8).

Menurutnya dengan inklusi dan literasi keuangan nasional yang masih rendah, peluang fintech untuk tumbuh ke depan sangat terbuka. Pasalnya, terdapat celah pasar yang sangat besar yang belum bisa dilayani oleh lembaga keuangan konvensional.

Jimmy menilai, terdapat tiga faktor yang mendorong pertumbuhan pembiayaan industri fintech pada umumnya dan Asetku pada khususnya.

Pertama, masyarakat yang beralih ke arah transaksi digital lantaran pandemi Covid-19. Peralihan ini, katanya, membuat transaksi fintech juga meningkat.

Kedua, fintech menawarkan banyak inovasi dan kemudahan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Inovasi, kemudahan layanan digital dan ditopang servis yang baik diklaim berhasil memenuhi kebutuhan masyarakat. Ketiga, kata Jimmi, Asetku bersama AFPI secara aktif mengedukasi masyarakat terkait layanan P2P lending yang terdaftar resmi di OJK.

“Pandemi Covid-19 ini membuat orang beralih dari konvensional ke digital, sehingga layanan online seperti fintech juga meningkat,” tambahnya.

Jimmi menambahkan, Asetku memiliki sejumlah keunggulan yang membuat perseroan dipilih oleh peminjam maupun penyedia dana (lender). Asetku bekerja sama dengan sejumlah e-commerce seperti Akulaku, Bukalapak dan lainnya sehingga Asetku lebih dikenal masyarakat.

Dari sisi lender, Asetku menawarkan aplikasi yang mudah dimengerti dan jelas dengan imbal hasil yang menarik bagi lender. Tambah lagi, Asetku memungkinkan individual lender sehingga membuka peluang bagi lebih banyak orang untuk berpartisipasi.

“Jadi sangat mudah, pendanaan bisa mulai dari Rp300.000 sementara pinjaman juga paling rendah Rp300.000. Kinerja TWP90 kami juga sangat baik,” paparnya.

Jimmi menambahkan selain penyaluran pinjaman yang tumbuh positif pada periode pandemi Covid-19, rasio TWP90 Asetku juga sangat baik. Asetku mampu menjaga kualitas pembiayaannya pada level 100 persen. " TWP90 100 persen sangat bagus," katanya.

Terjaganya kualitas pembiayaan Asetku tidak lepas dari upaya Asetku yang menyediakan informasi seputar peminjam serta syarat dan ketentuan pinjaman. Selain itu, Asetku menggunakan sistem credit-scoring modern untuk melakukan analisis, seleksi, dan persetujuan terhadap seluruh calon peminjam beserta pinjaman yang diajukan, sehingga hanya pinjaman berkualitas tinggi yang akan ditawarkan kepada lender.

Asetku juga melakukan diversifikasi terhadap dana lender dengan menyebar mendanai beberapa pinjaman agar risiko pinjaman dapat diminimalkan. Tambah lagi, semua lalu lintas dana dikelola oleh Asetku dijamin oleh asuransi karena perseroan bekerja sama dengan PT. Asuransi STACO Mandiri untuk menyediakan asuransi kredit gagal bayar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper