Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja industri perbankan kembali berada dalam tantangan tahun ini akibat sentimen negatif di pasar global maupun domestik. Namun, pelaku industri perbankan dalam negeri sejauh ini masih optimistis kinerjanya akan kuat hingga akhir tahun ini.
Upaya perbankan dalam menghadapi tekanan eksternal dan internal diulas secara komprehensif di Bisnisindonesia.id. Selain itu, sejumlah isu turut menjadi sorotan mulai dari tren ledakan investasi pangkalan data hingga efek domino pelarangan ekspor CPO.
Berikut highlight Bisnisindonesia.id, Minggu (24/4/2022) :
Hadapi Badai Baru, Bank Jaga Layar Tetap Terkembang
Pelaku industri perbankan tetap optimistis pertumbuhan kinerja kredit akan tetap optimal tahun ini kendati dibayangi oleh sentimen negatif dari kenaikan suku bunga global, pengetatan moneter, konflik geopolitik, hingga inflasi.
Kondisi pandemi memang secara perlahan mulai mereda dampaknya terhadap ekonomi. Risiko rawat inap dan tingkat kematian akibat terpapar Covid-19 kini tidak lagi setinggi sebelumnya, sehingga pemerintah pun percaya diri untuk melonggarkan aktivitas ekonomi.
Seiring dengan itu, mestinya kondisi ekonomi bakal melaju pesat tahun ini. Sayangnya, belum sempat momentum ini dioptimalkan, perekonomian keburu dihantam oleh tantangan baru lagi, mulai dari tantangan global hingga domestik.
Kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko bagi pelaku usaha yang hendak berekspansi. Seiring dengan itu, risiko kredit mereka pun meningkat. Hal ini pun berpotensi bakal kembali menyebabkan pelaku industri perbankan lebih selektif dan hati-hati dalam menyalurkan kredit.
Di sisi lain, kondisi yang ada pun berpotensi menyebabkan Bank Indonesia akan mulai menaikkan lagi suku bunga acuannya, meskipun sejauh ini belum dilakukan. Bunga kredit pun tentu akan ikut meningkat dan menghambat laju permintaan kredit baru.
Alhasil, laju pertumbuhan kredit kemungkinan tidak akan begitu tinggi.
Uji Strategi Bank Jago Mengasah Taji dan Perluas Kepak Sayap
PT Bank Jago Tbk. satu per satu mulai mengeksekusi rencana perluasan kehadirannya di berbagai ekosistem digital untuk memantapkan posisinya sebagai bank digital terdepan di Indonesia. Seiring dengan itu, perseroan pun optimistis bisnisnya akan dapat bertumbuh dengan lebih sehat.
Sebagai penantang baru di peta persaingan industri perbankan Tanah Air, bank digital memang harus menerapkan strategi yang luar biasa berbeda untuk dapat menggeser dominasi pemain lama bank konvensional yang telah menguasai pasar.
Jika layanan yang diberikan tidak lebih mudah, tidak lebih luas, dan tidak lebih menarik, masyarakat cenderung akan tetap bertahan di bank konvensional. Apalagi, bank konvensional masih memiliki keunggulan dari sisi kehadiran fisik dan infrastruktur perbankan yang sudah sangat matang.
Salah satu strategi yang akhir-akhir ini mulai ditunjukkan oleh bank-bank digital yakni promosi besar-besaran dan kerja sama lintas platform untuk memperluas kehadiran dan menjangkau lebih banyak basis pengguna baru.
Terbaru, Bank Jago memutuskan untuk bermitra dengan Grup Traveloka, yakni platform digital lainnya yang bergerak di lini lifestyle superapp. Perusahaan berusaha untuk memperluas penyaluran kredit melalui salah satu produk jasa keuangan milik Grup Traveloka, yakni Traveloka PayLater.
Sejak pertama kali diluncurkan pada 2018, Traveloka PayLater telah mencatat pertumbuhan hingga 10 kali lipat dan menyasar masyarakat underbanked di Indonesia yang memiliki kendala akses finansial, terlebih dalam memenuhi berbagai kebutuhan perjalanan dan gaya hidup.
Bank Jago percaya melalui kolaborasi dan sinergi dengan para pelaku ekonomi digital, seperti Traveloka, menjadi kunci dalam menjangkau nasabah baru, khususnya masyarakat yang memerlukan produk dan layanan keuangan yang mudah dan inovatif.
Langkah ini juga menjadi strategi yang efektif untuk menjangkau masyarakat yang belum tersentuh produk dan layanan keuangan (unbanked) maupun nasabah yang masih kesulitan mendapatkan akses keuangan (underbanked).
Ilustrasi pusat data. — Flickr
Investasi Pusat Data Asia Pasifik Melesat, Indonesia Disorot
Lokasi Ibu Kota Negara (IKN) Indonesia akan pindah dari Jakarta ke Provinsi Kalimantan Timur pada 2024 mendatang. Tentu kantor pemerintahan pusat pun turut serta pindah ke Nusantara yang terletak di kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).
Jakarta pun nantinya tak lagi menyandang status ibu kota. Hal ini pun menjadi sebuah kekhawatiran tersendiri tentang nasib bisnis properti di Jakarta dan kota-kota satelit sekitarnya ke depannya.
Ketua DPD Real Estat Indonesia (REI) DKI Jakarta Arvin Fibrianto Iskandar meyakini para calon investor masih memilih menanamkan modal ke industri properti di Jakarta meski status ibu kota tak lagi dipegang oleh Jakarta.
Jakarta nantinya tak menjadi IKN tetapi aktivitas ekonomi dan bisnis masih akan terpusat di Jakarta. Dia mencontohkan negara besar seperti Amerika Serikat yang memindahkan ibu kotanya dari New York ke Washington DC dimana Washington DC bukan menjadi pilihan utama untuk berinvestasi. Berkaca dari negara tersebut, diyakini Jakarta akan tetap menjadi pilihan berinvestasi terutama untuk sektor properti.
Kemudahan akses dan ketersediaan infrastruktur masih menjadi magnet bagi investor untuk menanamkan modalnya di Jakarta sehingga permintaan properti sebagai penunjang aktivitas bisnis akan terus meningkat.
Menakar Nasib Bisnis Properti Jakarta Bila Ibu Kota Pindah
Di saat negara-negara Eropa masih belum yakin 100 persen untuk meninggalkan pasokan gas dari Rusia, tiga negara Baltik memberi contoh soal keberanian mengambil keputusan. Sejak 1 April 2022 tiga negara Baltim menghentikan aliran pasok gas alam dari Rusia. Mereka bersepakat menghukum Rusia yang dinilai memanfaatkan kekuatan pasoknya untuk mendikter negara lain.
Kepala operator perusahaan penyimpanan gas alam Latvia menyatakan negara-negara Baltik tidak lagi mengimpor gas alam dari Rusia mulai bulan ini.
"Jika masih ada keraguan tentang apakah mungkin pengiriman dari Rusia dihentikan, peristiwa terkini dengan jelas menunjukkan kepada kita bahwa tidak ada lagi impor," kata Uldis Bariss, CEO Conexus Baltic Grid seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Minggu (3/4/2022).
Bariss mengatakan sejak 1 April, gas alam Rusia tidak lagi mengalir ke Latvia, Estonia, dan Lituania.
Keputusan berani Latvia, Estonia, dan Lituania itu membuat cadangan gas yang disimpan di bawah tanah di Latvia menjadi cadangan pasok bagi ketiga negara.
Langkah itu dilakukan saat Presiden Rusia Vladimir Putin berusaha memanfaatkan status Rusia sebagai kekuatan sumber energi.
Membaca Efek Domino Pelarangan Ekspor CPO
Keputusan Indonesia menghentikan ekspor crude palm oil (CPO) dan turunannya berpotensi memicu efek domino. Selain berpengaruh pada penerimaan negara, situasi ini akan berdampak pada pasokan komoditas internasional.
Presiden Joko Widodo menetapkan penghentian ekspor bahan baku minyak goreng untuk memastikan ketersediaan minyak goreng dalam negeri melimpah. Banjirnya pasokan migor domestik diharapkan mampu menurunkan harga komoditas tersebut.
Keputusan ini diambil Kepala Negara usai melakukan rapat bersama jajarannya pada Jumat (22/4/2022). Hasilnya, penghentian ekspor bahan baku minyak goreng akan berlaku mulai Kamis (28/4/2022) sampai waktu yang akan ditentukan kemudian.
Dalam pelaksanaannya, Presiden berjanji akan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan tersebut agar ketersediaan minyak goreng dalam negeri melimpah dengan harga terjangkau.
Seberapa jauh dampak pelarangan ini untuk Indonesia dan pasar internasional?