Bisnis.com, JAKARTA - Tokoh modal ventura kawakan Indonesia, Eddi Danusaputro dipercaya menjadi nakhoda PT BNI Modal Ventura alias BNI Ventures. Perusahaan yang baru diresmikan sebulan lalu itu digadang-gadang menjadi modal ventura andal ke depan.
Apabila terealisasi, modal ventura itu akan menjadi anak usaha pelat merah kedua yang ditukangi oleh Eddi. Sebelumnya, dia terlibat dalam membesarkan PT Mandiri Capital Indonesia, modal ventura besutan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI).
Pria yang kini terpilih sebagai Ketua Umum Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) pada Juni 2022 ini pun mengakui akan bergabung dengan modal ventura anyar besutan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) tersebut dalam media sosial miliknya.
"Sedang dalam proses menyusun rencana dan strategi, merekrut anggota tim, mengembangkan budaya perusahaan, membantu mendorong inovasi di Grup BNI, dan mendukung pengembangan ekosistem startup di Indonesia," tulis Eddi, seperti dikutip Bisnis atas izin yang bersangkutan, Senin (18/7/2022).
Eddi mengaku belum bisa bicara banyak soal rencana membangun BNI Ventures, karena sampai saat ini masih dalam proses perizinan dari otoritas. Dia pun masih dalam proses uji kelayakan dan kepatutan sebagai calon bos BNI Ventures.
Namun, Eddi memberikan bocoran bahwa akan mendapat dukungan penuh dari Direktur Utama BNI Royke Tumilaar, bersama SEVP Digital Business BNI Rian Kaslan yang akan didapuk menjadi komisaris BNI Ventures.
Baca Juga
Sebagai gambaran, Eddi yang berkiprah selama 6,5 tahun di Mandiri Capital merupakan dirut pertama dari modal ventura yang berdiri sejak medio 2015-2016 itu.
Eddi sempat berkarier sebagai investment banker di Singapura selama 12 tahun, sebelum ditarik oleh Direktur Utama Bank Mandiri periode 2013—2016, Budi Gunadi Sadikin, yang kini populer sebagai Menteri Kesehatan RI.
Pria yang menyebut dirinya basketball enthusiast ini pun sempat bercerita kepada Bisnis, bahwa tantangan besar dalam membangun corporate venture capital alias CVC justru lebih kepada tuntutan untuk bukan sekadar mencari cuan, melainkan memberikan dampak jangka panjang buat entitas induk usaha modal ventura.
Alhasil, strategi penyertaan modal pun berfokus pada startup yang memiliki kesesuaian dengan ekosistem grup induk usaha, bahkan melengkapi lini-lini bisnis tertentu yang lebih membutuhkan kelincahan perusahaan muda, atau notabene sulit dijangkau entitas korporasi yang sudah telanjur besar.
"Modal ventura milik corporate itu punya perspektif lebih jangka panjang, bukan hanya cari return. Jadi, investasinya ke startup yang punya keunggulan strategis buat grup. Seperti ada potensi sinergi bisnis, membantu ekspansi grup, atau punya nilai kemanfaatan lebih buat pengembangan ekosistem pelanggan grup," ungkapnya kepada Bisnis beberapa waktu lalu.
Selain itu, peraih gelar Master of Business Administration dari Duke University, Amerika Serikat ini pun percaya bahwa dalam pengelolaan CVC, peran paling dominan justru datang dari sisi bagaimana bisa menjadi 'bapak' buat para startup dalam portofolio.
Misalnya, soal menuntun mereka menuju kesuksesan, memberikan jalan keluar di kala para founder mengalami kebuntuan, mengingatkan tata kelola perusahaan yang baik, bahkan butuh sesekali memarahi para founder kalau-kalau diperlukan.
Alhasil, manuver pria yang sempat menjadi Sekretaris Jenderal Amvesindo periode 2019-2022 ini pun terlihat dari portofolio Mandiri Capital terkini, di mana sebagian besar merupakan startup teknologi finansial (tekfin/fintech) dan klaster pendukung layanan keuangan yang valuasinya makin jumbo.
Beberapa di antaranya, yaitu tekfin pembayaran dan dompet digital pelat merah LinkAja, penyedia tanda tangan digital PrivyID, serta nama-nama besar platform tekfin pendanaan bersama (P2P lending) seperti Amartha, KoinWorks, Investree, dan Crowde.
Mandiri Capital juga berinvestasi ke platform open API finansial Ayoconnect, platform kasir digital iSeller dan Yokke, financial planning Halofina, payment gateway PTEN, serta platform layanan pembukuan dan akuntansi UMKM digital Mekari dan Sleekr.
Selain itu, Mandiri Capital pun tercatat telah ikut mengantarkan tiga startup dalam portofolionya melantai di bursa (IPO), antara lain PT Cashlez Worldwide Indonesia Tbk. (CASH), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO), dan PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA).
Tak heran, kala menjabat sebagai bos Mandiri Capital, Eddi memang memilih strategi berinvestasi kepada startup financial related yang sudah lebih dewasa dan potensinya telah terbuka, minimal telah memasuki putaran pendanaan Seri A.
Ke depan, barangkali salah satu tantangan yang akan dihadapi Eddi bersama BNI Ventures, yaitu ikut memenuhi ekspektasi negara berkaitan pengelolaan dana ventura Merah Putih Fund.
Sebagai informasi, BNI Ventures bersama empat modal ventura pelat merah lain, yaitu MDI Ventures, Telkomsel Mitra Inovasi, Mandiri Capital, dan BRI Ventures mendapat mandat mengelola dana yang harapannya meningkatkan partisipasi BUMN dalam membantu perkembangan calon unikorn alias soonicorn asli Indonesia masa depan.
Syahdan, andai kata sukses membangun BNI Ventures, apakah Eddi selayaknya meraih gelar spesialis pembina modal ventura anyar?