Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Hasil RDG Hari Ini, Sinyal Kuat BI Masih Tahan Suku Bunga Acuan

BI dinilai masih memiliki ruang mempertahankan suku bunga untuk mendukung ketahanan eksternal dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Rabu (18/8/2020), Dok. Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Rabu (18/8/2020), Dok. Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menilai Bank Indonesia (BI) masih memiliki ruang untuk mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 3,5 persen.

Menurutnya, BI masih memiliki ruang untuk mempertahankan suku bunga untuk mendukung ketahanan eksternal dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Dia menyampaikan, ada tiga indikator utama yang akan dipertimbangkan BI dalam menentukan kebijakan suku bunganya pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini atau Agustus 2022.

Pertama, laju inflasi pada Juli 2022 yang mencapai 4,94 persen secara tahunan masih didominasi oleh inflasi dari sisi penawaran akibat melonjaknya harga pangan dan energi dan diperkirakan terus meningkat dalam waktu dekat.

Sementara itu, inflasi inti yang mencerminkan daya beli masyarakat secara tahunan tercatat sebesar 2,86 persen pada Juli 2022.

Di sisi lain, windfall dari harga komoditas memungkinkan Pemerintah untuk meningkatkan subsidi energinya tiga kali lipat menjadi Rp502,4 triliun, sehingga cukup menjaga harga Pertalite, LPG tabung 3kg, dan tarif listrik untuk tidak berubah.

“Subsidi yang besar disertai dengan bantuan sosial yang berkelanjutan telah membantu menjaga konsumsi rumah tangga dan menekan inflasi domestik agar tidak meroket sejauh ini, memberikan ruang gerak bagi BI untuk mempertahankan posisi kebijakan suku bunga sejauh ini.” katanya, Selasa (23/8/2022).

Kedua, di tengah prospek pertumbuhan global yang suram dan tingkat inflasi yang meningkat di banyak negara, perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan yang lebih optimistis, dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,44 persen pada kuartal II/2022.

Perbaikan tersebut terutama didorong oleh belanja rumah tangga dan sisi eksternal. Neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2022 melanjutkan tren surplus sebesar US$4,23 miliar,

Ketiga, langkah agresif The Fed yang memicu selisih suku bunga yang lebih rendah dan mengakibatkan arus modal keluar dari pasar negara berkembang tidak terlalu berdampak ke Indonesia.

Dampak yang tidak terlalu besar ke pasar keuangan domestik disebabkan oleh sentimen pasar yang positif terhadap kondisi fundamental ekonomi domestik, terutama setelah publikasi pertumbuhan kuartal kedua sehingga memperkuat aliran modal masuk ke pasar keuangan domestik sekitar US$1,12 miliar dari awal hingga pertengahan Agustus.

Akibat arus modal masuk, rupiah menguat pada pertengahan Agustus ke level sekitar Rp14.800 dari sekitar Rp15.000 pada Juli 2022.

Performa rupiah tercatat lebih baik dengan tingkat depresiasi sebesar 4,1 persen (year-to-date), dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, seperti Ringgit Malaysia 7,5 persen, Baht Thailand 7,6 persen, dan Peso Filipina 9,7 persen.

“Mempertimbangkan keadaan domestik dan eksternal terkini, BI masih memiliki ruang untuk mempertahankan suku bunga kebijakannya bulan ini,” kata Riefky.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper