Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perusahaan Asuransi Jiwa Mulai Genjot Produk Murah-meriah dan Premi Mini

Hal ini tercermin dari data industri asuransi jiwa per semester I/2022 yang menunjukkan jumlah polis dan tertanggung tumbuhu pesat namun pendapatan premi turun.
Petugas beraktivitas di dekat logo-logo asuransi di kantor Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Jakarta, Selasa (23/8/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Petugas beraktivitas di dekat logo-logo asuransi di kantor Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Jakarta, Selasa (23/8/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Industri asuransi jiwa dalam tren mulai menggenjot penetrasi produk-produk dengan nominal premi kecil, dalam rangka menyentuh segmen masyarakat yang lebih luas.

Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Budi Tampubolon menjelaskan fenomena ini tercermin dari akumulasi kinerja 58 perusahaan asuransi jiwa sepanjang semester I/2022, di mana jumlah polis dan tertanggung bertumbuh pesat, namun pendapatan premi turun.

"Kalau tadinya mungkin lebih membidik masyarakat segmen tertentu yang jumlahnya sedikit tapi preminya besar-besar, sekarang tampak lebih luas yang dibidik," ujarnya ketika ditemui dalam diskusi terbatas bersama media, dikutip Rabu (7/9/2022).

Sebagai informasi, jumlah tertanggung dalam industri asuransi jiwa per Juni 2022 tumbuh 19,1 persen (year-on-year/yoy) menjadi 73,9 juta orang. Jumlah polis pun dalam tren terus meningkat, saat ini menjadi 21,9 juta polis atau tumbuh 10,8 persen yoy.

Namun, pendapatan premi pada semester I/2022 mengalami perlambatan sebesar 8,9 persen (year-on-year/yoy) menjadi Rp95,68 triliun dari sebelumnya mampu menembus Rp105,05 triliun pada semester I/2021.

"Hal ini mengindikasikan bahwa produk asuransi yang dipasarkan pada semester I/2022 sudah mulai menyasar kalangan masyarakat menengah ke bawah yang ingin memiliki proteksi, namun dengan nominal uang pertanggungan yang kecil," jelasnya.

Budi menekankan bahwa kendati kinerja pendapatan premi secara umum mengalami koreksi, masih ada kabar baik dari sisi pertumbuhan lini bisnis syariah, premi dari asuransi kumpulan, premi produk asuransi kesehatan, dan produk dengan tipe pembayaran premi reguler.

Secara terperinci, premi produk berbasis syariah masih dalam tren terus bertumbuh dari Rp6,3 triliun per Juni 2020, menjadi Rp9,75 triliun per Juni 2021, dan berlanjut menjadi Rp10,87 triliun per Juni 2022.

Begitu pula dengan pendapatan premi khusus produk asuransi kesehatan yang saat ini tumbuh 15,9 persen yoy menjadi Rp8,6 triliun per Juni 2022. Sebelumnya, premi asuransi kesehatan mencapai Rp7,1 triliun per Juni 2020, kemudian menjadi Rp7,4 triliun per Juni 2021.

"Artinya, masih ada kebutuhan yang sangat spesifik dari masyarakat yang harus mampu dijawab oleh industri asuransi jiwa. Karena walaupun Covid-19 itu banyak negatifnya, ada juga dampak positif buat kita dari sisi peningkatan awareness masyarakat terkait produk-produk asuransi," tambah Budi.

Adapun, berdasarkan tipe pembayaran, porsi pembayaran reguler dalam tren terus bertumbuh dari Rp48,5 triliun per Juni 2020, menjadi Rp49,06 triliun per Juni 2021, kemudian Rp49,7 triliun per Juni 2022. Sebaliknya, kontribusi dari produk tipe premi tunggal justru anjlok 17,9 persen yoy menjadi Rp45,9 triliun.

"Terus membaiknya premi reguler ini mencerminkan banyak masyarakat yang semakin mengerti fungsi dan kegunaan proteksi jangka panjang dari produk asuransi jiwa. Dari sisi perusahaan, peningkatan premi reguler pun sangat disambut positif untuk menciptakan bisnis secara berkelanjutan," jelas Budi.

Oleh sebab itu, pada semester II/2022 ini Budi tetap optimistis bahwa komitmen para perusahaan asuransi menggenjot produk-produk yang bisa diterima masyarakat secara luas akan turut mendorong perbaikan pendapatan premi industri.

Adapun, Ketua Bidang Produk, Manajemen Risiko, dan GCG AAJI Fauzi Arfan menambahkan bahwa dari sisi para pemain, mengejar tipe pemegang polis yang rutin membayar premi walaupun nominalnya kecil pun tengah digenjot, karena menguntungkan dari sisi bisnis.

"Premi kecil-kecil tapi banyak, itu lebih baik ketimbang besar-besar tapi cuma sedikit, baik untuk perusahaan maupun buat industri secara umum. Upaya ini pun tidak ada ruginya, karena artinya penyebaran risiko akan semakin merata," jelasnya.

Hanya saja, menggenjot premi bernilai kecil memiliki konsekuensi, di mana perusahaan harus menghadapi tantangan dari sisi pemasaran produk yang harus lebih praktis dan berbasis digital, serta beriringan pula dengan tuntutan akan pelayanan yang harus semakin cepat dan serba online.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper