Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah gempuran Buy Now Pay Later (BNPL) atau layanan paylater yang digadang-gadang mampu menggerus eksistensi kartu kredit, nyatanya kondisi itu tidak membuat perbankan gentar.
Meski berdasarkan Bank Indonesia (BI), nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debet, termasuk kartu kredit mencapai Rp 707,90 triliun atau turun sebesar 4,26 persen secara tahunan (yoy), akan tetapi hal ini dianggap bukan sebagai suatu yang perlu dikhawatirkan secara berlebih.
Misalnya, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang mencatat tren pertumbuhan positif kartu kredit. Tercatat, jumlah kartu kredit BCA hingga Juni 2023 mencapai 4,4 juta kartu, atau meningkat 6 persen yoy.
Kemudian, dalam enam bulan pertama 2023, nilai transaksi kartu kredit BCA tercatat sebesar Rp50,6 triliun, meningkat signifikan 36 persen yoy.
“Kartu kredit selalu ada pangsanya tersendiri dan saya lihat fasilitas paylater merupakan inovasi yang nantinya akan bersifat saling melengkapi dengan fasilitas kartu kredit yang sudah lama dikenal masyarakat. Jika market kartu kredit dan BNPL bisa sama-sama bertumbuh, justru itu bagus,” ujarnya saat ditemui Bisnis usai agenda BIFA, Kamis (24/8/2023).
Lebih lanjut, Vera menyebut peningkatan kartu kredit sendiri ditopang oleh pulihnya aktivitas ekonomi masyarakat, salah satunya di sektor pariwisata seiring pelonggaran mobilitas. Sektor lain yang mendukung pertumbuhan transaksi kartu kredit adalah sektor hiburan dan F&B.
Pada kesempatan terpisah EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengonfirmasi soal progress atas fitur paylater yang bakal menjadi produk baru perbankan.
Dia menyebut, pihaknya saat ini memang konsisten berinovasi dalam menawarkan beragam pilihan produk transaksi ke nasabah.
“Saat ini, fitur paylater di BCA belum kami luncurkan. Akan tetapi, keberadaan paylater kami harapkan akan memberikan opsi yang lebih banyak bagi berbagai macam nasabah dengan beragam kebutuhan, khususnya untuk generasi muda yang lebih terbiasa bertransaksi secara digital,” ujarnya pada Bisnis, Selasa (29/8/2023).
Pada prinsipnya, Hera berujar BCA masih berfokus untuk mempersiapkan sistem yang aman dan handal bagi nasabah, serta berkoordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan, termasuk regulator dan otoritas.
“Kami berkomitmen untuk terus memperkuat ekosistem finansial dan memodernisasi infrastruktur teknologi informasi yang dimiliki, sehingga diharapkan dapat meningkatkan volume transaksi digital perbankan,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) Lani Darmawan yang menilai ini layanan paylater bukanlah suatu hal yang perlu dikhawatirkan.
“BNPL kami lihat sebagai suatu segmen yang berbeda dengan kartu kredit ya,” ujarnya pada awak media Jumat (25/8/2023).
Bahkan, jika melihat ke belakang perseroan beberapa waktu lalu pun telah berencana merilis layanan paylater usai meluncurkan kartu kredit digital pada 2022.
Meski belum diketahui kapan fitur ini diluncurkan, tetapi Direktur Consumer Banking CIMB Niaga Noviady Wahyudi mengungkapkan bahwa paylater memiliki segmen yang berbeda dengan kartu kredit, meskipun memiliki fasilitas yang sama yakni berupa cicilan sampai dengan 24 bulan.
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan pun memberi sinyal bagi sejumlah perbankan untuk mengantisipasi hal ini, lantaran cepat atau lambat paylater bisa menjadi ancaman bagi kartu kredit.
“Tentu sebagian pasar kartu kredit dapat beralih ke paylater karena lebih praktis dan juga menawarkan promo-promo yang menarik pelanggan,” katanya.
Menurutnya, meski saat ini keputusan disesuaikan pada kondisi masing-masing bank, mulai dari pangsa pasar, jangkauan layanan dan hal-hal prioritas yang ingin dicapai. Namun, perbankan juga harus peka atas tren perubahan ini.
“Yang perlu dilakukan bank adalah memahami kebutuhan nasaban dan menawarkan produk dgn promo yg kompetitif demikian juga dari sisi biaya dan promo juga harus kompetitif,” ujarnya.
Adapun, PT Pefindo Biro Kredit (IdScore) menyampaikan dari sisi pengguna paylater dapat menjangkau 13 juta debitur atau 2 kali lipat dari penguna kartu kredit yang hanya sekitar 6 juta debitur.
Perseroan juga mencatat outstanding amount paylater mencapai Rp25,16 triliun pada semester I/2023. Angkanya melonjak 29,8 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) atau naik 3,52 persen secara mtm.
Direktur Utama Pefindo Biro Kredit Yohanes Arts Abimanyu mengungkapkan salah satu penyebab peningkatan outstanding paylater adalah proses persetujuan pembiayaan yang mudah dan cepat serta promo-promo yang menarik pada e-commerce maupun merchant-merchant yang ada.
“Hal ini juga didukung oleh perbaikan ekonomi pasca Covid dan lembaga keuangan baik bank, multifinance, dan P2P lending yang memberikan kemudahan bagi pembiayaan paylater,” ungkap Yohanes.