Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Laba Bank Kecil hingga Ambisi Joe Biden

Berita tentang pertumbuhan laba bank-bank kecil menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id.
Ilustrasi-Canva
Ilustrasi-Canva

Bisnis.com, JAKARTA – Laju pertumbuhan laba bank-bank kecil cenderung lebih tinggi dibanding bank-bank jumbo pada paruh pertama tahun ini, menandakan tren positif dalam pertumbuhan industri perbankan nasional yang lebih merata.

Berita tentang pertumbuhan laba bank-bank kecil menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, sejumlah berita menarik lainnya turut tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.

Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id, Senin (11/9/2023):

1. Bank Cilik Ungguli Laju Pertumbuhan Laba Bank Jumbo

Bank-bank kecil yang dimaksud di sini yakni bank-bank yang masuk dalam Kelompok Bank Modal Inti (KBMI) I atau bank-bank dengan modal inti kurang dari Rp6 triliun. 

Jika mengacu pada data Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), secara total KBMI I meraup laba bersih Rp7,51 triliun pada semester I/2023, melesat hampir tiga kali lipat atau 199,2 persen secara tahunan (year-on-year/ YoY) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni Rp2,51 triliun.

Laju pesat laba bank kecil itu mengalahkan pertumbuhan laba bank jumbo atau KBMI IV dengan modal inti di atas Rp70 triliun, yang naik 20,81 persen YoY. Total laba bersih KBMI IV ini mencapai Rp83,28 triliun pada semester I/2023.

Kategori bank lainnya yakni KBMI II atau bank dengan modal inti antara Rp6 triliun hingga Rp14 triliun telah meraup laba bersih Rp8,44 triliun, naik 1,8 persen YoY. Lalu, KBMI III atau bank bermodal inti antara Rp14 triliun hingga Rp70 triliun meraup laba Rp20,73 triliun, naik 18,79 persen YoY.

2. Menakar PNBP SDA yang Bakal Melempem Tahun Ini

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memproyeksikan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) pada akhir 2023 akan sesuai denga target, namun tidak akan setinggi tahun lalu atau pada 2022.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan PNBP akan melebihi target di level Rp515,8 triliun. Adapun target PNBP pada APBN 2023 sebesar Rp441,4 triliun.

Sedangkan pada 2022, realisasi PNBP Rp595,6 triliun.  Dengan kata lain, proyeksi PNBP 2023 lebih rendah Rp40,2 triliun dari realisasi tahun lalu. 

Utamanya, Sri Mulyani mengatakan bahwa PNBP akan ditopang oleh SDA nonmigas dan dan kekayaan negara dipisahkan (KND) alias Badan Usaha Milik Negara (BUMN). 

PNBP SDA nonmigas masih membukukan pertumbuhan yang cukup tinggi pada semester I/2023, namun Bendahara Negara memproyeksikan tren ini tidak akan bertahan di semester II/2023. Hal tersebut sebagai imbas dari tren penurunan harga mineral dan batu bara (minerba). 

Utamanya harga nikel dan tembaga yang masing-masing terkontraksi 5,9 persen dan 11,8 persen (Year-to-Date/YtD).

3. Membaca Makna di Balik Kondisi NIM Industri Perbankan

Margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) perbankan kerap kali menjadi isu yang banyak disoroti berbagai pihak. NIM yang tinggi dianggap menghambat laju pertumbuhan ekonomi, tetapi di sisi lain menguntungkan bank. Bagaimana sejatinya kondisi NIM industri perbankan?

NIM merupakan salah satu indikator tingkat profitabilitas perbankan, tetapi bukan satu-satunya. Margin ini mencerminkan jumlah uang yang diperoleh bank dari bunga pinjaman dibandingkan dengan jumlah yang dibayarkan untuk bunga simpanan.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa angka NIM industri perbankan pada paruh pertama tahun ini rupanya masih meningkat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, padahal pemerintah berharap bank makin menurunkan NIM mereka.

Per Juni 2023, OJK mencatat NIM industri perbankan nasional secara total ada di level 4,90 persen, naik 12 basis points (bps) dibanding periode yang sama tahun lalu yang besarnya 4,78 persen. 

Namun, jika membaca data OJK lebih terperinci, sejatinya ada tren penurunan NIM tahun ini, khususnya jika ditilik secara bulanan. 

Terbukti, NIM menyentuh level 4,97 persen pada Januari 2023, lalu bergerak turun ke level 4,81 pada Februari 2023. Pada Maret dan April 2023 NIM kembali naik menjadi 4,86 persen, lalu meningkat lagi menjadi 4,88 persen pada Mei 2023. Posisi NIM 4,90 persen pada Juni 2023 rupanya masih di bawah posisi akhir Januari 2023.

4. Sebab Akselerasi Lemah Penjualan Sepeda Motor Agustus 2023

Penjualan sepeda motor di Indonesia pada Agustus 2023 meningkat tipis, sementara performa ekspornya kembali anjlok. Daya beli konsumen di dalam negeri diklaim masih kuat.

Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) melaporkan penjualan sepeda motor sepanjang Agustus 2023 meningkat 1,8 persen dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu menjadi 534.379 unit.

Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, penjualan pada Agustus 2023 mengalami kenaikan 12,39 persen. Kenaikan yang signifikan ini lantaran penjualan dalam 2 bulan sebelumnya turun.

Ketua Bidang Komersial AISI Sigit Kumala mengatakan peningkatan penjualan sepeda motor pada Agustus 2023 seiring daya beli beli konsumen yang semakin meningkat. Selain itu, hari kerja yang lebih banyak dibandingkan Juli 2023 menjadi salah satu faktor pendukung. Agustus tidak banyak hari libur, dan periode kesibukan terkait dengan momentum penerimaan siswa juga sudah tidak berpengaruh lagi sehingga daya beli bisa pulih kembali.

5. Ambisi Joe Biden Bangun Jalur Perdagangan Sampai Timur Tengah

Negara-negara yang terpisah benua seperti Amerika Serikat, Eropa, Arab Saudi, hingga India tengah menjajaki kesepakatan infrastruktur kereta api. Mega proyek ini menjadi bagian dari upaya AS menghadapi pengaruh China di kawasan Indo-Pasifik melalui Belt and Road Intiative (BRI).

Hal itu diumumkan oleh Presiden AS Joe Biden di sela-sela pertemuan G20 di New Delhi. Pejabat Amerika Serikat anonim yang mengetahui permasalahan tersebut mengatakan bahwa  kesepakatan tersebut mencakup pembangunan pelabuhan dan jalur kereta api multinasional  yang dilakukan dalam waktu genting, seperti dilaporkan The Guardian pada Sabtu (10/9/2023). Pasalnya, AS terus tertekan oleh Belt and Road dari China.

Washington tengah berupaya menjadi mitra dan investor di negara-negara berkembang G20, terutama di kawasan Indo-Pasifik.

Kabar kesepakatan multinasional ini pertama kali dilaporkan oleh Axios. Pembicaraan ini sudah dilakukan dalam beberapa bulan belakangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper