Bisnis.com, JAKARTA –– Bank bjb turut mengantisipasi tantangan tren suku bunga yang bertahan di level tinggi atau higher for longer dengan menyiapkan sederet strategi pada 2024.
Direktur Utama Bank bjb Yuddy Renaldi mengatakan perseroan akan mengedepankan lebih berhati-hati dan semakin selektif dalam memilih segmen pertumbuhan bisnis pada tahun depan.
“Bank bjb senantiasa mengedepankan langkah bisnis perbankan dengan prudent dan hati-hati dengan selalu melihat potensi peluang yang tersedia di pasar," ujar Yuddy dalam media gathering di Jakarta, Senin (11/12/2023).
Dia memaparkan, ekspansi pada segmen korporasi dan komersil akan dilakukan secara selektif dengan melihat suku bunga yang diberikan. Hal tersebut untuk menjaga kualitas dan yield kredit pada level yang sehat demi mengimbangi tekanan biaya dana.
Yuddy menekankan manajemen likuiditas yang baik juga diperlukan agar likuiditas tetap ample dengan biaya dana yang manageable, sehingga lebih efisien dalam biaya dana. Perseroan juga melakukan evaluasi bisnis secara terus-menerus agar lebih adaptif.
Baca Juga
“Harapannya langkah dan strategi tersebut dapat lebih mengantisipasi kebijakan periode suku bunga tinggi dan juga tantangan ekonomi yang semakin pelik,” kata dia.
Untuk menjaga pertumbuhan bisnis, Bank bjb berkomitmen untuk memperluas bisnis, yakni memperkuat jaringan hybrid offline dan online channels. Saat ini Bank bjb memiliki 926 jaringan fisik dan 1.883 terminal perbankan elektronik.
Sebagai catatan, pertumbuhan kredit Bank bjb hingga triwulan III/2023 mengalami pertumbuhan sebesar 10,2% menjadi Rp125 triliun yang tumbuh pada seluruh segmen kredit baik konsumsi ataupun business segmen.
Pada kuartal III 2023 Bank bjb secara konsolidasi membukukan laba bersih sebesar Rp1,42 triliun. Pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) tercatat sebesar Rp5,23 triliun. Lebih lanjut, pendapatan berbasis komisi atau fee based income menjadi Rp1,02 triliun pada kuartal III/2023, dibanding sebelumnya Rp834,37 miliar pada kuartal III/2022.
Total aset tercatat sebesar Rp179,31 triliun pada September 2023. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) tercatat 1,26% dan NPL net 0,63%. Adapun, dari segi himpunan dana pihak ketiga (DPK) bank tercatat Rp130,86 triliun.
Salah satu langkah strategis yang ditempuh bjb untuk guna menjaga pertumbuhan bisnis, yakni melakukan konsolidasi antar bank pembangunan daerah (BPD), melalui skema kelompok usaha bank (KUB).
Bjb Incar Posisi Bank Anchor
Adapun posisi Bank bjb memastikan memperkuat posisi menjadi anchor bagi bank pembangunan daerah. Paling anyar, Bank Jambi menjadi BPD ke-4 yang berproses menjalin komitmen sinergi KUB dengan bank bjb, menyusul Bank Bengkulu, Bank Sultra dan Bank Maluku Malut. Seluruh BPD tersebut berkinerja baik dan akan memberikan nilai tambah secara grup.
“Bank yang berkerja sama dengan kami bukan lah bank yang sakit,” katanya.
Pasalnya, kata dia, secara kemampuan BPD tersebut tergolong baik, seperti rasio return on equity (ROE) di level lebih dari 20%. Selain itu, inisiatif KUB ini juga merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk memperkuat posisi BPD secara grup perbankan dalam industri perbankan nasional.
“Dengan total aset seluruh BPD di Indonesia per September 2023 sebesar Rp945,7 triliun, BPD yang solid dapat menjadi salah satu kekuatan utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, bersanding dengan perbankan besar lainnya,” katanya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah menilai KUB merupakan salah satu strategi yang paling tepat untuk BPD. Selain untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum, KUB juga dianggap mampu meningkatkan daya saing BPD di era digital saat ini.
“Dengan KUB, bank-bank BPD bisa melakukan sinergi untuk membentuk ekosistem yang bisa bersaing,” ujar Piter.
Jika bersinergi bersama bank bjb dalam skema KUB, lanjut Piter, pengembangan tersebut bisa menggunakan izin yang sudah dimiliki bank bjb, sekaligus memanfaatkan berbagai infrastruktur, teknologi informasi dan knowledge yang sudah dimiliki Bank bjb.