Bisnis.com, JAKARTA – Lesunya bisnis perusahaan rintisan (startup) membuat perusahaan modal ventura bergeser cara melakukan ekspansi usaha. Modal ventura memilih memberikan pinjaman daripada penyertaan langsung.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, LKM dan LJK Lainnya OJK Agusman menyampaikan fenomena tech winter yang terjadi secara global mendorong strategi bisnis penyertaan modal ventura (PMV) yang sebagian besar melakukan penyertaan.
“Iklim usaha startup yang lesu, PMV pun bergeser dan mencari potensi pasar lain yang dapat diperhitungkan keberlanjutannya,” ujarnya dalam diskusi bersama media, pekan lalu.
Bahkan, menurut dia, beberapa perusahaan modal ventura mengubah strategi dari penyertaan modal (Venture Capital Corporation/VCC) menjadi pembiayaan melalui pembelian surat utang/sukuk (Venture Debt Corporation/VDC).
Hal itu terlihat dari realisasi kinerja modal ventura pada Mei 2025. Kinerja penyertaan atau pembiayaan tercatat nyaris stagnan dengan pertumbuhan 0,88% (year on year/yoy) menjadi Rp16,35 triliun.
Namun, kinerja modal ventura mulai membaik jika dibandingkan dengan realisasi tahun lalu yang sempat merosot -8,65% (posisi Desember 2024).
Baca Juga
Apabila dilihat lebih dalam, komposisi penyaluran pembiayaan atau pembelian obligasi melesat signifikan, yakni sebesar Rp10,09 triliun atau sebesar 61% dari total pembiayaan. Porsi pinjaman senilai Rp7,14 triliun, sedangkan pembiayaan syariah senilai Rp2,95 triliun
Adapun porsi penyertaan langsung sebesar Rp4,51 triliun, yang terdiri dari PMV VCC konvensional Rp4,45 triliun dan PMV VCC syariah sebesar Rp50,73 miliar.
Menurut OJK, porsi penyaluran pinjaman tersebut sudah sesuai dengan target yang ditetapkan otoritas pada 2026—2027. OJK menetapkan target minimal penyertaan modal sebesar 52%—66% dan pinjaman 41%—66% dari aset yang digunakan untuk pembiayaan.
“OJK melalui regulasi, roadmap, dan pengawasan aktif terus mendorong PMV untuk meningkatkan penyaluran pembiayaan sesuai dengan target ke depan,” kata Agusman dalam kesempatan terpisah.
Sementara itu, total aset yang dimiliki oleh modal ventura posisi Mei 2025 sebesar RP27,02 triliun dengan jumlah sebanyak 51 perusahaan. Rasio pembiayaan bermasalah modal ventura tercatat menyusut menjadi 3,79% dari akhir tahun lalu 3,88%.
Investasi modal ventura tercatat terbesar di sektor perdagangan dengan nilai sebesar Rp7,94 triliun atau tumbuh 17,10% (yoy). Kedua, sektor informasi dan komunikasi senilai Rp2,40 triliun atau melesat 154,08% (yoy).
Ketiga, lini penyewaan sebesar Rp2,06 triliun atau naik 6,65% (yoy). Keempat, sektor keuangan senilai Rp1,11 triliun atau tumbuh 54,54% (yoy). Terakhir adalah sektor aktivitas rumah tangga sebagai pemberi kerja mendapatkan pembiayaan modal Rp760 miliar atau naik 47,08% (yoy).
Kepercayaan Modal Ventura pada Startup Turun
Sejumlah kasus yang mendera perusahaan rintisan membuat kepercayaan modal ventura merosot. Seperti halnya kasus dugaan manipulasi laporan keuangan oleh eFishery baru-baru ini yang membuat kepercayaan investor dalam menggelontorkan dana ke startup turun.
Perusahaan modal ventura berbenah dengan memperbaiki tata kelola agar kasus serupa tak terulang. Co-Founder & General Partner Alpha JWC Ventures Jefrey Joe menilai krisis ini menjadi momentum untuk melakukan perubahan menyeluruh dalam tata kelola perusahaan rintisan.
“Pasti berdampak [pendanaan ke Startup], tapi menurut kami ini momentum untuk melakukan sesuatu. Kadang kita bisa pakai krisis ini untuk merubah begitu kan,” kata Jefrey ditemui usai acara Alpha JWC Whistleblowing Event Launch di Jakarta pada Rabu (23/7/2025).
Menurut Wakil Ketua I Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Ronald Simorangkir kolaborasi antara stakeholder dibutuhkan sebagai langkah menjaga pertumbuhan pembiayaan modal ventura saat ini.
“Umumnya, startup yang berhasil adalah mereka yang mampu mengintegrasikan solusi berbasis teknologi ke dalam sektor riil, sehingga menghasilkan proses lebih cepat, efisien, terjangkau, atau bernilai tambah lebih tinggi dibanding pendekatan konvensional,” kata Ronald kepada Bisnis, dikutip pada Senin (21/7/2025).