Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BCA 'Pede' Kinerja Cuan Tetap Moncer pada Kuartal II/2024 Meski Suku Bunga BI Naik

BCA mengandalkan sejumlah siasat agar kinerja laba tetap tumbuh pada kuartal II/2024 di tengah kondisi suku bunga acuan tinggi.
Nasabah melakukan transaksi melalui mesin anjungan tunai mandiri (ATM) PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) di Jakarta, Kamis (5/1/2023). /Bisnis-Fanny Kusumawardhani
Nasabah melakukan transaksi melalui mesin anjungan tunai mandiri (ATM) PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) di Jakarta, Kamis (5/1/2023). /Bisnis-Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) tetap optimistis kinerja laba kuartal II/2024 tetap moncer meskipun muncul sederet tantangan seperti tren suku bunga tinggi. BCA pun mengandalkan sejumlah siasat agar kinerja laba tetap tumbuh.

BCA sendiri telah membukukan laba senilai Rp12,9 triliun pada kuartal I/2024 dengan pertumbuhan 11,7% secara tahunan (year on year/yoy).

Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan BCA optimistis untuk membukukan kinerja positif sepanjang 2024.

"Pada prinsipnya, BCA senantiasa mendorong penyaluran kredit di berbagai sektor, serta memperkuat platform perbankan transaksi guna memperkokoh pendanaan," katanya kepada Bisnis pada Selasa (4/6/2024).

Berdasarkan laporan bulanan, BCA telah meraup laba bersih Rp17,21 triliun per April 2024, naik 11,63% secara tahunan (year on year/yoy). Kinerja laba bank ditopang oleh pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang naik 6,52% yoy menjadi Rp24,64 triliun. 

Di sisi penyaluran kredit, BCA tetap optimistis dengan senantiasa mempertimbangkan prinsip kehati-hatian sesuai dengan dinamika makro ekonomi.  

Tercatat, BCA telah menyalurkan kredit Rp818,07 triliun hingga April 2024, naik 16,5% yoy. "Kami berharap pertumbuhan total kredit di tahun 2024 dapat mencapai 9%-10%," tutur Hera.

Terkait volume transaksi dan pendanaan, BCA secara berkesinambungan melakukan investasi untuk memperkuat ekosistem hybrid banking, dan memberikan pelayanan berkualitas bagi nasabah yang beragam. Per April 2024, total dana pihak ketiga (DPK) naik 5,4% yoy menjadi Rp1.099,57 triliun. 

"Ke depan, kami optimistis untuk mempertahankan posisi neraca yang solid serta menjaga profitabilitas secara keseluruhan," jelas Hera.

Sebelumnya, mengacu Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sektor perbankan memang masih optimistis kinerja keuangan masih moncer pada kuartal II/2024 meskipun diwarnai sederet tantangan. 

Tercatat, Indeks Orientasi Bisnis Perbankan (IBP) pada kuartal II/2024 mencapai 58 atau di zona optimis. Indeks tersebut lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya di level 56.

"Optimisme tersebut didorong oleh ekspektasi akan meningkatnya fungsi intermediasi perbankan dibarengi dengan kemampuan perbankan dalam mengelola risiko yang dihadapi meskipun dengan kondisi makroekonomi global yang kurang kondusif," tulis OJK dalam survei tersebut pada bulan lalu (29/5/2024).

Survei OJK juga memberi gambaran adanya tantangan terkait ketidakpastian kondisi makroekonomi global dilihat dari Indeks Ekspektasi Kondisi Makroekonomi (IKM) pada kuartal II/2024 yang masih berada pada level pesimis yaitu sebesar 31. Hal ini disebabkan oleh perkiraan peningkatan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI Rate, pelemahan nilai tukar dan peningkatan inflasi. 

Meski demikian, di tengah perkiraan kondisi makroekonomi tersebut, produk domestik bruto (PDB) diperkirakan tetap tumbuh didorong oleh konsumsi masyarakat yang diproyeksikan meningkat pasca momen ramadhan dan lebaran.

Indeks Persepsi Risiko (IPR) juga menunjukan sebesar 59 di zona keyakinan, naik dibandingkan indeks pada kuartal sebelumnya di level 53. Artinya, perbankan masih menilai risiko cukup manageable. Risiko kredit dan risiko pasar yang tetap terjaga. 

Ekspektasi terhadap kinerja perbankan pada kuartal II/2024 juga optimistis dengan Indeks Ekspektasi Kinerja (IEK) sebesar 83, naik dibandingkan kuartal sebelumnya 68.

Optimisme kinerja perbankan didorong oleh ekspektasi bahwa sisi funding atau DPK yang akan tetap mampu menyokong meningkatnya penyaluran kredit yang berdampak pada peningkatan laba dan modal perbankan. 

Kemudian, optimisme kenaikan pertumbuhan kredit pada kuartal II/2024 didorong ekspektasi pertumbuhan ekonomi domestik yang membaik pasca Pemilu 2024 serta adanya momentum libur lebaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper