Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mencatat jumlah pelaku usaha berskala mikro, kecil, dan menengah yang telah memanfaatkan platform pemberdayaan digital LinkUMKM mencapai lebih dari 12,9 juta UMKM di seluruh Indonesia.
Direktur Micro BRI Akhmad Purwakajaya menjelaskan LinkUMKM di kembangkan sebagai solusi digital yang menyeluruh. Tidak hanya memetakan posisi UMKM, tetapi juga mengarahkan langkah pengembangan melalui pelatihan dan pendampingan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing UMKM.
“Melalui LinkUMKM, BRI tidak hanya mendampingi pengusaha mengenali kapasitas dirinya, tetapi juga menyediakan jalur pertumbuhan yang nyata dari tradisional, menjadi berkembang, dan menuju modern,” tuturnya dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (9/8/2025).
Menurut Akhmad, transformasi UMKM bukanlah proses yang instan. Proses tersebut membutuhkan pendekatan berbasis data dan dukungan teknologi. Untuk mendukung proses transformasi UMKM, lanjutnya, BRI memastikan setiap UMKM memiliki peluang yang sama untuk naik kelas.
Sejak diluncurkan, BRI mencatat platform LinkUMKM telah dimanfaatkan oleh lebih dari 12,9 juta UMKM di seluruh Indonesia.
LinkUMKM tumbuh menjadi pusat pemberdayaan digital bagi UMKM yang memiliki berbagai fitur unggulan, seperti Self-Assessment Naik Kelas, UMKM Smart, Coaching Clinic, Etalase, dan Komunitas.
Hingga akhir Juni 2025, jumlah UMKM yang telah menggunakan fitur skoring digital Self-Assessment Naik Kelas mencapai lebih dari 9,9 juta UMKM dari berbagai kategori, termasuk UMKM tradisional, berkembang, hingga modern.
Upaya BRI mendorong UMKM naik kelas juga dirasakan oleh sejumlah pelaku usaha. Salah satunya, BeeMa Honey yang merupakan produsen madu artisan premium mitra binaan BRI.
Pemilik BeeMa Honey Fransisca Natalia Widowati mengungkapkan bahwa kolaborasi BeeMa Honey dengan BRI telah membuka banyak peluang untuk pengembangan usahanya.
“Kami pertama kali berhubungan dengan BRI melalui kegiatan UMKM Expo(RT) pada 2019 dan saat itu masuk 10 besar kategori makanan siap ekspor. Sejak itu kami rutin diundang dalam pameran yang difasilitasi BRI, dan produk kami beberapa kali dibeli oleh BRI untuk dijadikan cendera mata,” ujarnya.
BeeMa Honey mulai dirintis pada 2017 dan resmi berbadan hukum sebagai Perseroan Terbatas pada 2019. Produk madu mentah dari lebah budidaya, lebah hutan, dan lebah Trigona yang diproduksi Beema Honey telah tersertifikasi Halal, BPOM, NKV, serta HACCP, dan telah melalui proses pengujian laboratorium terakreditasi untuk menjamin mutu dan keamanan konsumsi.
Pada April 2025, BeeMa Honey turut berpartisipasi dalam FHA Food & Beverage 2025 di Singapura untuk memperkenalkan produk unggulannya kepada audiens internasional.
Selain BeeMa Honey, transformasi usaha berkat program pemberdayaan UMKM oleh BRI juga dialami oleh produsen sambal pecel asal Pacitan, Pelita Lumpang Mas. Pemilik Pelita Lumpang Mas Sri Kustamaji menyampaikan dirinya aktif mengikuti pelatihan yang diinisiasi oleh BRI sejak 2020.
Pelatihan itu termasuk grup pelatihan dan expo yang mempertemukan pelaku UMKM dengan calon pembeli mancanegara. Pelita Lumpang Mas pun meraih juara kedua dalam ajang BRI UMKM EXPO(RT) 2025.
“Program pemberdayaan BRI benar-benar membuka banyak peluang bagi pelaku UMKM seperti kami. Harapan saya, program ini terus diperkuat dan menjangkau lebih banyak pelaku usaha di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Setiap bulan, Pelita Lumpang Mas memproduksi hingga 20.000 kemasan sambal pecel dengan harga rata-rata Rp45.000 per bungkus. Selain di Pacitan, Sri juga telah membuka kantor di Jakarta dan sedang menjajaki ekspansi produksi ke wilayah lain di Indonesia.