Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Berhati-Hati Kelola utang Luar Negeri

Volatilitas mata uang garuda terhadap dolar AS, membuat kalangan perbankan lebih berhati-hati dalam mengelola utang luar negeri (ULN).nn

Bisnis.com, JAKARTA -- Volatilitas mata uang rupiah terhadap dolar AS membuat kalangan perbankan lebih berhati-hati dalam mengelola utang luar negeri (ULN).

Berdasarkan data Statistik Utang Luar Negeri Indonesia yang dirilis BI pda Rabu (26/11/2014), total ULN industri perbankan hingga September 2014 mencapai US$30,58 miliar, tumbuh 33,18% dari posisi US$22,96 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, pertumbuhan pinjaman dana dari luar negeri melonjak US$24,46 miliar hingga akhir 2013, tumbuh 6,3%, tetapi secara year on year sampai kuartal III/2014 sudah tumbuh lebih dari 30%.

Sepanjang 5 tahun terakhir, industri perbankan pernah mencatatkan pertumbuhan utang hingga 50,89% yakni pada 2010. Pada 2014, merupakan pertumbuhan utang tertinggi kedua dalam lima tahun terakhir.

Ekonom DBS Edimon Ginting mengungkapkan industri perbankan dan korporasi lain membutuhkan dana dari luar negeri untuk menghindari adanya mismatch (ketidakseimbangan). Menurutnya, sektor yang potensial pada tahun depan adalah infrastruktur, manufaktur dan sektor yang mengenjot ekspor.

Namun, untuk terlibat aktif dalam sektor infrastruktur industri perbankan memerlukan pendanaan jangka panjang untuk menjaga keseimbangan antar tenor penyaluran kredit dan pendanaan.

"Utang jangka pendek harus diwaspadai, karena ke depannya, pasar global akan bergejola," ungkapnya, Rabu (26/11/2014).

Edimon menilai keseriusan pemerintah untuk membangun infrastruktur dan konsistensi untuk mengelola defisit transaksi berjalan ke arah yang lebih sehat menjadi peluang bagi industri perbankan untuk mendukung pembiayaan ke sektor yang mendorong ekspor.

Tahun ini, jumlah permintaan utang yang masuk ke BI mencapai US$6 miliar. Sebelumnya, Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah mengungkapkan dari permintaan yang diajukan, tinggal US$1 miliar yang belum disetujui.

Halim menyampaikan jika ada bank yang memperoleh izin mengutang, karena masih dalam proses pengkajian persyaratan bank yang mengajukan utang. Dia mengungkapkan BI akan menilai kelayakan utang bank tersebut.

Menurutnya, pinjaman dari luar negeri akan disetujui bila perbankan menggunakan pinjaman tersebut untuk sektor yang produktif. Halim mengungkapkan kondisi pinjaman luar negeri bank, sangat bergantung dengan situasi dalam negeri. Jikalau perekonomian Indonesia tumbuh, lanjutnya, maka kebutuhan likuiditas tahun depan meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper