Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Farial Anwar: Indonesia Kehilangan Kedaulatan Karena Terlampau Liberal

Pengamat ekonomi Farial Anwar mengkhawatirkan ekonomi Indonesia kehilangan kedaulatan karena terlampau liberal. “Kita ini menganut rezim devisa bebas,” kata Farial
Pergerakan Rupiah per dolar AS dari 1997 hingga Februari 2015/Bisinis-Husin Parapat
Pergerakan Rupiah per dolar AS dari 1997 hingga Februari 2015/Bisinis-Husin Parapat

Bisnis.com, JAKARTA - Pengamat ekonomi Farial Anwar mengkhawatirkan ekonomi Indonesia kehilangan kedaulatan karena terlampau liberal.

“Kita ini menganut rezim devisa bebas,” kata  Farial Anwar di Fakultas Ekonomi Unair, Selasa (26/5).


"Ada kekuatan besar pemodal asing yang mulai mencengkeram kedaulatan ekonomi Indonesia"


Menurut Farial, situasi seperti ini menjadikan Indonesia terombang-ambing saat nilai dolar AS naik-turun. “Kita bukan antiasing, tapi kita terlampau liberal.”

Farial menyebut ada kekuatan besar pemodal asing yang mulai mencengkeram kedaulatan ekonomi Indonesia. Dia tidak mengatakan pemodal asing yang dimaksud, tapi Farial memetakan bahwa saat ini permodalan asing sudah masuk di sektor moneter. “Kita bayar bunga perkreditan hanya untuk orang asing".

Akibat dari itu semua, Farial memprediksi ekonomi Tanah Air akan jatuh seperti pada 2008. Dampaknya akan banyak perbankan yang terpuruk dan masih banyak lagi kasus-kasus seperti skandal Bank Century.

"Dilihat dari semua potensinya mengarah ke sana," ujarnya.

Apalagi, lanjutnya, devisa hasil ekspor selama ini tidak bisa dinikmati rakyat karena semua dana investasi dikuasai asing. Hal itu ditambah dengan persoalan dalam negeri yang tak pernah selesai. Di antaranya soal naik-turunnya harga bahan bakar minyak dan inflasi tertinggi se-Asia yang menyebabkan BI Rate masih bertahan pada 7,5%.

Indikasi awal krisis moneter, paparnya, ditandai larinya para pemodal asing dari Indonesia. Namun larinya pemodal belum terjadi saat ini meskipun beban rakyat sudah sangat berat imbas naik-turunnya harga bahan bakar dan bahan terus merangkaknya harga kebutuhan pokok.

Farial menyarankan pemerintah memberlakukan periodisasi yang jelas terhadap pergerakan naik-turunnya bahan bakar agar pelaku usaha bisa mengantisipasi.

"Karena yang terjadi di lapangan banyak harga bahan pokok yang tak turun meski BBM telah turun. Saya memberi sinyal," katanya.

Chief Executive Officer Kelola Mina Laut Group, Moh. Nadjikh melihat selama ini industri makro dan mikro berjuang sendiri.

"Peran pemerintah untuk menjembatani pengusaha agar bisa survive, masih terbatas. Pemerintah hanya mendorong masyarakat supaya terus belanja konsumtif," ujarnya.

“Kenapa UKM (usaha kecil menengah) kita tidak bisa berkembang? Karena misalnya ada order satu bulan dua kontainer tidak bisa, karena kita tidak memiliki modal sebanyak itu,” kata Nadjikh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Redaksi
Editor : Yusran Yunus
Sumber : Tempo.co
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper