Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

September Deflasi Tapi BI Rate Tidak Turun, Ini Alasan BI

Gubernur Bank Indonesia Agus D.W Martowardojo mengatakan banyak faktor yang mempengaruhi BI rate mulai dari kondisi internal dalam negeri hingga pengaruh global.
Ilustrasi/JIBI
Ilustrasi/JIBI
Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia Agus D.W Martowardojo mengatakan banyak faktor yang mempengaruhi BI rate mulai dari kondisi internal dalam negeri hingga pengaruh global. 
 
Sejak Februari 2015, suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate berada di level 7,5%. Sejumlah pihak berharap agar BI rate yang berada di level 7,5% dapat diturunkan. Namun, ada beberapa beberapa alasan Bank Sentral menahan BI rate di level 7,5% sejak 7 bulan lalu meskipun inflasi rendah dan terjaga.
 
Seperti diketahui, pada September 2015 terjadi deflasi sebesar 0,05% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 121,67. Tingkat inflasi tahun kalender yakni dari Januari hingga September 2015 sebesar 2,24% (y-t-d) dan tingkat inflasi tahun ke tahun September 2015 terhadap September 2014 (y-o-y) sebesar 6,83%
 
 
"Suku bunga kita lihat begini, inflasi lebih baik di bawah 7% bukan berarti BI rate dapat turun. Lihat tingkat bunga tak hanya dari inflasi saja, yang paling utama yang lain yang harus diperhatikan adalah kondisi eskternal yang lagi tak pasti. Kondisi eksternal ini yang menjadi pertimbangan," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo di Kompleks Bank Indonesia, Jumat (2/10/2015).
 
Agus memprediksi inflasi masih akan rendah sampai akhir tahun hingga tahun depan. Pihaknya pun dapat mencapai target inflasi yang sebesar 4% plus minus 1%.
 
Kendati inflasi rendah, namun masih ada risiko yang membuat inflasi akan melonjak tinggi yakni akibat dari elnino sehingga koordinasi dengan pemerintah dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) yang bisa menekan inflasi.
 
Inflasi memang manjadi salah satu faktor dalam penentuan tingkat suku bunga acuan. Namun, rendahnya inflasi ini bukan berarti BI Rate dapat turun. Pasalnya, Agus menilai kondisi eksternal saat ini masih belum memungkinkan dapat menurunkan BI Rate.
 
"Mohon pengertian karena kondisi ekstern sangat tidak stabil. Dan kalau kita melakukan yang tidak hati-hati maka akan berdampak pada pasar keuangan Indonesia," katanya.
 
Dia menuturkan faktor eksternal yang paling berpengaruh yakni rencana kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) atau Fed Fund Rate (FFF) dan pelemahan ekonomi China. "FFR bayangkan selama 6 tahun berada di level 0% hingga 0,25%. Apabila FFR ini naik akan berdampak pada kerentanan Indonesia," ucap Agus.
 
Kondisi tersebut juga yang mempengaruhi aliran dana asing ke luar Indonesia., otoritas moneter berhati-hati dalam melakukan penyesuaian tingkat bunga dan disesuaikan dengan kondisi esternal sehingga tidak membuat pergerakan pasar keuangan Indonesia lebih buruk dan berat.
 
"Selama ini kita memang sudah defisit transaksi berjalan, defisit fiskalnya sehingga dana luar negeri yang membiayai ekonomi kita cukup banyak. Jadi kita enggak bisa ambil risiko, kita harus bisa menawarkan stabilitas sistem keuangan dan suatu kondisi yang bisa membuat investor nyaman berinvestasi di sini," tuturnya.
 
Bank Sentral, tegas Agus, juga memperhitungkan faktor lain yakni ekspektasi depresiasi nilai tukar yang berasal dari luar negeri selain inflasi.
 
"Kita juga harus pertimbangkan ekspektasi faktor depresiasi rupiah yang cukup tinggi. Ada hubungan sama persepsi. Ini ekspektasi depresiasi akan buat cukup berisiko kalau ada penyesuaian tingkat bunga," ujarnya.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper