BISNIS.COM, BADUNG—Bank Indonesia (BI) akan mencermati respons pelaku industri perbankan terhadap penyesuaian bunga kredit menyusul keputusan bank sentral mengerek tingkat suku bunga acuan atau BI rate sebesar 25 basis poin ke level 6%.
Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo mengatakan pihaknya cukup memahami langkah yang ditempuh perbankan dalam menyesuaian bunga kredit sebagai jalan menciptakan keseimbangan bagi pertumbuhan industri ke depan.
"Pertumbuhan kredit diperkirakan dikisaran 20%, kalau ada penyesuaian bunga kredit untuk mencapai keseimbangan, kami sangat pahami itu. Tetapi juga tetap akan mewaspadai," ujarnya usai menghadiri Pertemuan Puncak Pemimpin Redaksi Se-Indonesia 2013 hari, Kamis (13/6/2013).
Agus Marto menegaskan bahwa bank sentral siap mengambil kebijakan lanjutan apabila pemerintah resmi melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Paket kebijakan itu masih berpedoman pada arah bauran kebijakan bank sentral untuk meredam gejolak moneter maupun inflasi.
"Saat BBM diumumkan naik kami akan mewaspadai dan merespons dengan kebijakan yang diperlukan," ungkapnya.
Bank sentral yakin apabila terjadi penyesuaian harga BBM bersubsidi, gejolak inflasi hanya akan berlangsung sesaat.
Bahkan, Agus optimistis dalam jangka waktu 3 bulan inflasi akan mulai turun dan menyentuh level normal sesuai target BI di level 4% dalam kurun waktu 1 tahun.
Inflasi berpeluang menembus hingga 8%, apabila pemerintah pusat dan daerah serta stakeholder lain tidak siap mengendalikan kondisi di pasar.
“Jangan sampai setelah BBM naik, kita masih kekurangan cabai, kekurangawan bawang. Ini perlu kerjasama pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan semua pelaku usaha,” jelasnya.
Keputusan bank sentral menaikan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin ke level 6% memperoleh respons positif kalangan industri perbankan karena langkah tersebut semakin membuat pelaku pasar lebih percaya diri.