Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Persaingan Bank dan Leasing Mendulang Pendapatan Premi Asuransi

Pendapatan premi asuransi dari bancassurance menurun, sementara dari leasing meningkat. Sinergi bank dan asuransi tetap penting meski ada pergeseran ke BUSB.
Ilustrasi asuransi kesehatan. / dok. Freepik
Ilustrasi asuransi kesehatan. / dok. Freepik

Bisnis.com, JAKARTA – Pendapatan premi industri asuransi dari kanal bancassurance sedang terkoreksi, baik asuransi jiwa maupun asuransi umum. Di saat yang sama, pendapatan premi asuransi umum dari kanal leasing justru meningkat.

Kapler Marpaung, Pengamat Asuransi dan Dosen Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM), berpendapat kondisi tersebut tidak bisa diartikan bahwa industri asuransi mulai meninggalkan kerja sama dengan perbankan.

"Karena dalam bisnis asuransi itu kerja sama perbankan dengan usaha perasuransian selalu akan saling membutuhkan. Bank sangat membutuhkan asuransi dan sebaliknya. Jadi kedua sektor keuangan ini justru harus terus membangun sinergi yang semakin lebih baik," kata Kapler kepada Bisnis, dikutip Sabtu (2/8/2025).

Bila merujuk data, premi asuransi umum dari distribusi bancassurance sepanjang 2023 mencapai Rp6,78 triliun (6,8% dari total premi), lalu tergerus 27,4% YoY menjadi Rp4,93 triliun (4,7% dari total premi) pada 2024. Berdasarkan data terbaru, premi asuransi umum dari kanal bancassurance per kuartal I/2025 menyusut menjadi hanya berkontribusi 4,4% dari total premi.

Sementara di asuransi jiwa, pendapatan premi industri asuransi dari kanal bancassurance dalam kuartal I/2025 terkoreksi 2,4% YoY menjadi Rp18,61 triliun.

Kapler menjelaskan, dalam asuransi jiwa sudah jelas bahwa premi dari kanal bancassurance didapat dari kerja sama dengan perbankan. Namun, untuk asuransi umum menurutnya perlu dibedah lagi, mana pendapatan premi yang masuk kategori bancassurance karena kontribusi premi dari kanal pialang asuransi juga cukup besar yang didapat dari kerja sama bank. 

"Nah, perolehan premi oleh asuransi umum dari pialang asuransi yang diperoleh dari bank, apakah masuk jenis distribusi jalur pialang atau bancassurance?," ungkapnya.

Adapun di saat pendapatan premi asuransi umum dari distribusi bancassurance menyusut, pendapatan dari kanal badan usaha selain bank (BUSB) pembiayaan atau leasing justru meningkat.

Pada 2024, premi asuransi umum dari distribusi leasing tumbuh 1,1% YoY menjadi Rp15,15 triliun (14,6% dari total premi). Namun, per kuartal I/2025 porsinya mengecil menjadi 13,5% dari total pendapatan premi asuransi umum. 

Menurut Kapler, pendapatan premi asuransi umum ke depan memang akan bergeser dari bancassurance ke jalur BUSB. Tetapi hal itu berkaitan dengan BUSB di luar perusahaan multifinance, yakni insurtech dan pialang asuransi digital.  

"Tapi menurut saya penurunan pendapatan premi dari jalur bancassurance ini sifatnya hanya sementara. Ini kan ada kaitannya juga dengan perekonomian nasional maupun global," tegasnya.

Sementara itu, dalam kerja sama asuransi umum dengan perusahaan multifinance, Kapler menilai faktor yang dapat menjadi katalis positif kerja sama asuransi adalah adanya optimisme industri multifinance yang diproyeksikan penyaluran piutang pembiayaan industri tahun ini bisa tumbuh 8-10%.

Apalagi, industri multifinance juga mendapat dukungan dari regulator berupa kelonggaran penyaluran pembiayaan ke sektor modal usaha.

"Prospek pendapatan premi dari sektor leasing juga naik, ini berkaitan dengan peraturan OJK 46 tahun 2024 yang  yang memberikan izin penyaluran pembiayaan modal usaha  sampai dengan Rp10 miliar," pungkasnya.

Sebelumnya, Wakil Presiden Direktur PT Asuransi Cakrawala Proteksi Indonesia (ACPI), Nicolaus Prawiro mengatakan data yang terjadi di industri asuransi umum justru menunjukkan tren terbalik yang dicatatkan perusahaan.

Sepanjang semester 1/2025, pendapatan premi ACPI dari kanal BUSB mengalami koreksi secara tahunan dibanding periode semester I/2024. Sebaliknya, untuk periode yang sama pendapatan premi ACPI dari kanal bancassurance masih stabil, bahkan ada sedikit peningkatan walau tak signifikan.

"Karena kita semua tahu, penjualan mobil yang menurun dan ada kenaikan nonperforming financing (NPF) di perusahaan pembiayaan, sehingga perusahaan pembiayaan lebih hati hati lagi dalam menyalurkan pembiayaannya," kata Nico kepada Bisnis, Kamis (31/7/2025).

Merujuk kondisi industri multifinance dalam periode Januari-Mei 2025, piutang pembiayaan industri tumbuh melambat menjadi 2,83% YoY menjadi Rp504,58 triliun, usai per April 2025 masih mencatat pertumbuhan 3,67% YoY dengan nominal sebesar Rp504,18 triliun.

Dari sisi kualitas kredit, NPF gross industri multifinance dalam lima bulan pertama 2025 meningkat menjadi 2,57%, dibanding NPF gross per April 2025 sebesar 2,43%.

Di sisi lain, menilik lini bisnis pembiayaan kendaraan yang banyak menjalin kerja sama dengan asuransi kendaraan bermotor, tercatat dalam lima bulan pertama 2025 pembiayaan kendaraan baru industri multifinance mengalami kontraksi 0,24% YoY menjadi Rp234,18 triliun. Sebaliknya, pembiayaan kendaraan bekas mengalami pertumbuhan 10% YoY menjadi 117,55 triliun.

Kinerja melambat pembiayaan kendaraan multifinance ini tidak lepas dari pasar otomotif yang juga lesu. Namun dalam kaitannya dengan sektor industri asuransi, ACPI melihat pada kuartal IV/2025 nanti akan ada perbaikan kinerja industri.

"Seiring dengan kondisi geopolitik yang sudah mulai stabil, penyerapan APBN yang lebih besar, bisa mendorong konsumsi masyarakat dan menggerakkan roda perekonomian. Kami optimis prospek BUSB dan bank akan semakin membaik mulai Q4/2025 ini," ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro