Bisnis.com, JAKARTA — Di awal kepemimpinan Prabowo, pemerintah gencar menjalankan Program Strategis Nasional (PSN) seperti Makan Bergizi Gratis. Program-program itu membawa peluang bagi perusahaan-perusahaan asuransi untuk memperluas proteksi, tetapi apakah industri mampu memanfaatkannya dengan optimal?
Plt. Head of Indonesia Financial Group (IFG) Progress Ibrahim Kholilul Rohman menjelaskan pada dasarnya ada dua pilar dalam asuransi yaitu komersial dan nonkomersial. Komersial terkait dengan mekanisme pasar. Sedangkan non komersial terkait memahami keinginan masyarakat.
"Apa yang jadi peluang? Ya, harus dipisahkan antara commercial stream dari asuransi industri dan non-commercial stream. Kalau yang non-commercial stream, artinya, ya harus ada bentuk intervensi dari pemerintah untuk mem-back up. Jadi, kalau ditanya prospektif, gak? Ya, prospektif," ujar Ibrahim, dikutip pada Jumat (1/8/2025).
Dia menegaskan jika pemerintah ingin bekerja sama dengan perusahaan asuransi untuk menjamin berjalannya program, pemerintah harus memastikan risiko kegagalan dapat ditekan karena mengingat jumlah proyek yang dijamin bernilai besar.
Pasalnya, perusahaan berisiko mengalami guncangan rasio klaim ketika menjamin proyek atau polis dengan nilai pertanggungan sangat tinggi.
“Karena apa? meng-cover rumah, meng-cover koperasi. Itu kan relatif berantai [jika terjadi masalah]. Kalau boleh jujur, ya, di kajian kami terakhir, koperasi itu kita ngerjain juga enggak bagus-bagus amat,” jelasnya.
Baca Juga
Oleh karena itu, Ibrahim menyebutkan jika terjalin kerja sama perlu adanya integrasi antara pemerintah dengan perusahaan asuransi untuk memastikan proyek yang dijalankan terjamin maksimal.
Namun dia mengingatkan agar tidak melupakan aspek underwriting yang ketat sehingga berbagai risiko dapat dimitigasi.