BISNIS.COM JAKARTA – Bank Indonesia menyatakan ketersediaan barang menjadi faktor penting dalam menjaga laju inflasi yang diprediksi mencapai puncak pada Juli 2013, akibat kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi dan bulan puasa.
Hendar Harahap, Asisten Gubernur Bank Indonesia (BI), mengatakan dampak turunan (second round effect) harus dijaga dengan mengambil kebijakan yang tepat. “Jangan ada kekhawatiran bahwa terjadi kenaikan harga transportasi maupun barang tidak tersedia. Hal begini harus direspon tidak hanya oleh BI, semua otoritas harus sama-sama.,” ujarnya Senin (1/7/2013)
Menurutnya, Kementerian terkait harus mengendalikan masalah dampak turunan agar tidask berpengaruh signifikan terhadap laju inflansi . “Pemerintah mengatur di sisi suplai barang, sementara BI harus memberikan kepercayaaan ke pasar dengan memberikan respon yang pas untuk kebijakan BBM itu.”
Bank Indonesia memprediksi dampak kenaikan BBM akan terhadap inflasi akan terasa dalam 3 bulan dan berpuncak pada Juli 2013. Laju inflasi bulanan pada Juli diprediksi mencapai 2% dengan laju tahunan memcapai 7,5%. Bulan berikutnya, laju inflasi bulanan akan turun ke 0,9%, sementara tahunan mencapai 7%.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Juni 2013 sebesar 1,03%, setelah pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi, 22 Junii lalu.
Baca Juga:
o AWAL RAMADHAN Muhammadiyah 9 Juli, Lebaran Bersamaan 8 Agustus