Bisnis.com, JAKARTA --Bank Indonesia menyatakan kebijakan nilai tukar akan digunakan untuk instrumen peredam gejolak (shock absorber) perekonomian, bukan sebaliknya sebagai pemicu gejolak (shock amplifier).
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan kebijakan nilai tukar ditempuh guna mengarahkan sesuai dengan nilai fundamentalnya.
“Sehingga dapat berperan sebagai instrumen peredam gejolak perekonomian, bukan sebaliknya pemicu gejolak,” ujarnya Kamis (14/11/2013).
Secara alami pelemahan nilai tukar Rupiah dapat berfungsi untuk mengerem impor sekaligus memperbesar ekspor. Hal itu diharapkan bisa berperan dalam menekan defisit neraca transaksi berjalan yang telah terjadi selama 8 triwulan.
Menurutnya, kebijakan nilai tukar perlu didukung penguatan struktur pasar valas yang dalam dan likuid. “Sehingga mendukung proses pembentukan kurs yang lebih efisien,” ujarnya. ( Novita Sari Simamora)