Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Jawa Barat & Banten (BJB) Syariah akan mengubah strategi bisnis ke depan melalui penyaluran pembiayaan ke sektor ritel, supaya tidak bertumpu pada pembiayaan korporasi.
Direktur Utama BJB Syariah Riawan Amin mengatakan selama ini porsi pembiayaan kepada korporasi masih cukup besar, sehingga perlu terobosan baru untuk masuk ke sektor ritel dan mengurangi profil risiko.
"Untuk bank yang masih kecil, bertumpu kepada korporasi terlalu berisiko," ujarnya disela acara Silaturahim Nasional Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Jumat (13/12/2013).
Terkait permodalan, Riawan Amin menyatakan tidak terlalu masalah karena masih ditopang oleh induk usahanya, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten Tbk.
Dalam catatan Bisnis, BJB Syariah akan memperoleh suntikan modal dari induk usahanya sebesar Rp500 miliar pada kuartal I/2014.
Setelah penambahan modal dari induk, rasio modal BJB Syariah atau capital adequacy ratio (CAR) BJB Syariah akan berada di level 20% dari posisi 18%.
Selain melalui penambahan modal, terkait pengembangan bisnis BJB Syariah juga berupaya menjadi bank induk bagi pengembangan industri Bank Pembiayaan Rakyat (BPR) Syariah di wilayah Jawa Barat dan Banten.
Sebagai tahap awal, Riawan Amin menuturkan pihaknya telah bekerjasama dengan salah satu BPRS untuk pengembangan teknologi, terutama penerbitan kartu tarik tunai (ATM).
“Masih kami ujicoba. Nanti kami yang akan siapkan EDC [electronic data capture]. Kami ingin jadi bank APEX bagi BPRS di Jabar dan Banten,” ungkapnya.
Dengan langkah tersebut, dia berharap keberadaan BPRS di sejumlah wilayah akan lebih efisien, selain terhubung langsung ke bank yang secara teknologi kuat untuk memudahkan transaksi.