Bisnis.com, JAKARTA — Lambatnya penyaluran kredit di Jakarta dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) memicu perlambatan penyaluran kredit secara nasional pada Desember 2013.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) pada Desember 2013 pertumbuhan kredit secara nasional tercatat sebesar 21,4%, menurun dari September yang tercatat sebesar 23,1%. Kepala Group Asesmen Ekonomi Depertemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Zulverdi mengatakan pertumbuhan kredit melambat seiring perlambatan ekonomi dan kenaikan suku bunga perbankan.
“Perbaikan kinerja eknomi di Sumatera dan KTI terjadi karena permulihan ekspor yang ikut mendorong kinerja nasional,” ujarnya di Jakarta, Selasa (18/2/2014).
Meski begitu berdasarkan data Laporan Nusantara yang dirilis BI diketahui pertumbuhan ekonomi di Jawa khususnya Jakarta justru melambat pada kuartal IV/2013. Dody menyebutkan kondisi itu terjadi karena perlambatan permintaan domestik yakni konsumsi dan investasi.
Dia menambahkan Bank Indonesia tetap melihat pertumbuhan kuartal IV/2013 masih lebih baik dibandingkan kuartal III/2013. Jika pada kuartal III/2013 pertumbuhan ekonomi didorong oleh permintaan domestik baik konsumsi maupun investasi maka pada kuartal IV/2013 kondisinya berubah.
“Pertumbuhan ekonomi kuartal IV/2013 didorong perbaikan ekspor sedangkan permintaan domestik melambat, tapi secara umum masih positif dan terjaga,” ujarnya.
Dia menambahkan dampak pengetatan moneter yang dilakukan BI sejak kuartal IV/2013 mengubah struktur dan komposisi pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah. Wilayah yang bukan basis ekspor, katanya, tertahan dengan kebijakan tersebut. Sebaliknya wilayah dengan basis ekspor tinggi terkena dampak positif. Salah satunya adalah Jawa Timur di mana kegiatan investasi diperkirakan akan meningkat karena proyek pembangunan smelter.
Dody menegaskan BI berharap pertumbuhan kredit terus termoderasi sejalan dengan kebijakan moneter sehingga dapat mengurangi defisit transaksi berjalan. Dia meyakini pertumbuhan kredit di semua kawasan dengan perekonomian lebih banyak terkait konsumsi seperti Jawa dan Sumatera akan berada di kisaran 15% hingga 17%.
“Kredit produktif yang mendukung ekspor juga tidak terlalu rendah,” katanya.
Meski mematok pertumbuhan kredit cukup optimistis tahun ini sejumlah bank mengaku tetap selektif dalam menyalurkan kredit. PT Bank OCBC NISP Tbk misalnya bakal memberikan porsi lebih ke sektor transportasi, consumer goods dan tekstil.
Meski begitu mereka juga mengaku tidak akan terlau agresif karena masih mengamati pergerakan suku bunga dan nilai tukar rupiah. Tahun ini OCBC NISP mematok target pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 15% hingga 20%. “Kami amati juga harga komoditas, yang pasti kami jaga kredit tahun ini tidak tumbuh terlalu cepat.” kata Presiden Direktur & CEO PT Bank OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja baru-baru ini.
Adapun PT Bank Rakyat Indonesia masih sesuai dengan khittah-nya yakni fokus pada penyaluran kredit mikro. Mereka menargetkan pertumbuhan hingga 23% tahun ini. BRI juga menargetkan penyaluran kredit ke sektor konsumen dan korporasi dapat tumbuh masing-masing 20% sepanjang 2014.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebelumnya meminta perbankan untuk meningkatkan penyaluran kredit investasi terutama ke sektor manufaktur, energi dan infrastruktur. Anggota Dewan Komisioner OJK merangkap Kepala Eksekutif Pengawasan Perbankan Nelson Tampubolon mengatakan pihaknya sudah mengimbau perbankan untuk melakukan hal tersebut karena selama ini penyaluran kredit cenderung ke sektor konsumsi.