Bisnis.com, JAKARTA — “Perebutan” slot orbit satelit 150,5 derajat Bujur Timur antara PT Bank Rakyat Indonesia Tbk dan PT Indosat Tbk kian seru.
Hari ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memanggil kedua perusahaan tersebut untuk membahas slot satelit yang sebelumnya digunakan oleh Indosat itu. Saat dikonfirmasi Direktur Utama BRI Sofyan Basir membenarkan informasi bahwa Kominfo telah memanggil pihaknya guna membahas satelit.
“Tadi bertemu Menkominfo. Dua pekan lagi kami diundang ke Kominfo untuk membahas satelit, sekarang belum bisa di-disclose,” ujarnya saat dihubungi, Senin (24/2/2014).
Hal senada juga disampaikan Direktur Keuangan BRI Achmad Baiquni. Dia menyebutkan sampai saat ini belum ada keputusan dari Kominfo terkait rencana BRI untuk memiliki satelit sendiri. “Masih tunggu izin, tapi yang jelas kami sudah siapkan dananya,” katanya.
Setali tiga uang, Sekretaris Perusahaan BRI Muhamad Ali juga mengatakan pihaknya akan mematuhi keputusan Kominfo. Namun, saat dikonfirmasi terkait penggunaan transponder, Ali mengatakan, jika BRI benar mendapat izin maka pihaknya siap menyerahkan sisa transponder yang tidak terpakai untuk kepentingan pemerintah.
Selama ini BRI menyewa sekitar 22 transponder dari tujuh operator antara lain Telkom, Indosat, Patrakom dan Lintasarta. Dari sebanyak tujuh operator yang bekerja sama dengan BRI hanya tiga yang memiliki satelit sendiri. Transponder itu digunakan untuk menunjang komunikasi sebanyak 9.800 kantor cabang dan 11.000 ATM serta titik komunikasi lain di luar ruangan.
BRI sudah menyiapkan duit hingga Rp2,5 triliun untuk meluncurkan satelit sendiri. Mereka mengklaim kepemilikan satelit itu akan menghemat biaya komunikasi. Pasalnya biaya komunikasi dapat ditekan hingga 18 tahun sejak diluncurkannya satelit. Saat ini rata-rata BRI mengeluarkan duit hingga Rp500 miliar per tahun untuk menunjang komunikasi jaringannya.