Bisnis.com, JAKARTA- Satelit Bank Rakyat Indonesia (BRI) hasil kerja sama dengan Space System/Loral (SSL) asal Amerika Serikat dinilai terlalu mewah bagi bank pelat merah tersebut.
Direktur Indonesia ICT Institute Heru Sutadi mengatakan satelit yang memiliki total transponder 54 ekuivalen ini akan menyisakan banyak transponder yang tidak terpakai.
Kebutuhan BRI diperkirakan hanya30 transponder, sedangkan empat lainnya akan dipakai untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara. Dengan demikian akan tersisa 10 transponder yang tidak terpakai.
“BRI kan enggak bisa menyewakan transponder ke pihak lain. Sisanya mau buat apa?,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Selasa (29/4/2014).
Heru menilai langkah BRI yang sudah menekan kerja sama dengan SSL bisa memicu kecurigaan publik.
Pasalnya, penandatanganan kerja sama ini dilakukan hanya 1 bulan setelah Kementerian Komunikasi dan Informatika mengeluarkan keputusan resmi soal pemutusan lisensi slot 150,5 BT yang dipakai Indosat. Menurutnya keputusan ini terlalu cepat diambil di tengah proses pergantian pemerintahan yang akan berlangsung.
Heru melanjutkan sebagai perusahaan negara negara BRI seharusnya memberikan roadmap yang jelas dalam pengelolaan satelit sebelum mengambil. Apalagi dalam hal ini bank pelat merah ini merupakan pemain anyar di bidang satelit. Selain itu, BRI juga bank pertama di dunia yang memiliki satelit.
Dia menyarankan BRI seharusnya menjalin komunikasi intensif dengan pemain lama dan asosiasi satelit di Tanah Air.