Berdiri sejak 1946, PT Bank Negara Indonesia Tbk. yang memiliki moto Melayani Negeri, Kebanggaan Bangsa berhasil mencatatkan pertumbuhan laba yang stabil pada kuartal I/2014, di tengah kondisi ekonomi yang sedikit ‘labil’.
Untuk meningkatkan peran di Tanah Air, perseroan ‘rela’ mengurangi margin untuk terlibat dalam proyek BUMN, asalkan perusahaan BUMN lain juga berani memangkas keuntungan demi kepentingan negeri.
Tampaknya, BNI mulai menunjukkan kebolehannya sebagai bank yang fokus pada kor porasi. Kredit yang disalurkan untuk sektor korporasi pada kuartal I/2014 mencapai Rp110,19 triliun, tumbuh 31,6% dibandingkan dengan Rp83,74 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Porsi kredit korporasi tersebut mencapai 44,6% dari total kredit perseroan senilai Rp247,12 triliun. Sektor transportasi dan infrastruktur masih menjadi sektor andalan.
Selain itu, perseroan juga memiliki 8 sektor fokus. Ibarat pepatah don't put your eggs in one basket. Pepatah diadopsi oleh perseroan dalam menjalankan bisnis.
delapan segmen itu terdiri dari pertambangan, teknologi informasi, chemicals, agrikultur, makanan dan minuman, retail dan wholesale, elektrik serta mesin dan konstruksi.
Eksistensi menyalurkan kredit korporasi, telah menjadikan bank yang berusia 67 tahun menjadi bank terbesar nomor 4 dari sisi di Indonesia.
Dalam laporan keuangan Maret 2014 yang dilansir, perseroan berhasil membukukan aset senilai Rp371,46 triliun, tumbuh 16,2% dari posisi Rp319,72 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Bertambahnya usia perseroan, kian bertambah juga kantor cabang. Perseroan telah membuka kantor cabang di 384 kabupaten, mencapai 1.694 outlet. Tak hanya eksis di dalam negeri, perseroan juga memiliki 5 kantor cabang luar negeri (KCLN) yakni di London, New York, Tokyo, Singapura dan Hongkong.
Ada juga, sub branch di Osaka; Limited Purpose Branch di Singapura; dan Remittance Representative yang tersebar di Malaysia, Saudi Arabia, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat.
Laba konsolidasi KCLN perseroan pada kuartal I/2014 mencapai US$2,64 juta. Proyeksi laba kantor cabang di luar negeri tahun ini bisa mencapai 115% atau sekitar US$14,5 juta.
Strategi global bisnis internasional untuk KCLN yakni konsisten yaitu bisnis transaksi banking yang terdiri dari remittance, trade finance dan cash management, selain itu Indonesia related bussiness dan offshore loan business.
Saat ini perseroan memiliki 4 anak usaha yakni BNI Syariah, BNI Life Insurance, BNI Securities dan BNI Multifinance.
Untuk BNI Syariah, perseroan akan menyuntikkan modal senilai Rp1 triliun untuk menggenjot bisnis syariah perseroan. Tak hanya berencana memberikan suntikan modal, BNI juga berencana menjual saham BNI Syariah.
Selain itu, total kredit yang disalurkan hingga kuartal I/2014 mencapai Rp247,12 triliun, tumbuh 23,3% dari posisi Rp200,5 triliun year on year. Komposisi penyaluran kredit berdasarkan mata uang yakni 87% kredit dalam rupiah dan 13% berbentuk valuta asing atau valas.
KONDISI EKONOMI
Direktur Utama BNI Gatot Murdiantoro Suwondo mengatakan tahun ini kondisi perekonomian makin lambat, sehingga perseroan pelaku dunia usaha cenderung wait and see. Namun setelah pesta demokrasi selesai, dia memprediksikan kondisi perekonomian bakal muncul kelegaan karena pemimpin telah terpilih.
Perseroan mencatatkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang lebih rendah dari kredit yakni 12,8% menjadi Rp273,97 triliun. Gatot mengatakan komposisi current account saving account (CASA) menurun dan deposito mencatatkan penaikan.
Dia mengatakan perusahaan akan pertahankan CASA untuk mengurangi tekanan terhadap biaya dana. Adapun porsi giro, tabungan dan deposito masing-masing 35%, 38% dan 27%.
Tak bisa dihindari, tingginya persentase kredit yang tak setinggi himpunan DPK, menjadikan rasio pembiayaan terhadap pendanaan (loan to deposit ratio/LDR) meningkat dari posisi 82,6% menjadi 88,4%.
Walau penyaluran fungsi intermediasi di atas 20% tahun ini, Gatot menuturkan perseroan akan tetap menjaga rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) gross yang turun dari posisi 2,8% menjadi 2,3%. Baginya, kualitas aset yang baik mencerminkan kesehatan perusahaan.
Mengutip riset Bahana Securities, gross NPL BBNI dinilai cenderung membaik dari tahun ke tahun, yakni pada posisi 2,3% per akhir Maret 2014, turun dari titik tertinggi 13,7% pada 2005. Perbaikan itu didukung oleh penambahan kredit baru yang berkualitas, restrukturisasi dan penghapusan (write-off) pinjaman.
Pada saat bersamaan, BBNI juga berhasil meningkatkan rasio cadangan kerugian penurunan nilai terhadap NPL pinjaman menjadi 128,2%, naik dari titik terendah 50,4% pada 2005.