Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Likuditas KO, Produktivitas Laba OK

Bayang-bayang ketatnya likuiditas dan melambatnya perolehan laba bersih tahun ini rupanya tak banyak memengaruhi kemampuan perbankan mengelola bisnis mereka.

Bisnis.com, JAKARTA — Bayang-bayang ketatnya likuiditas dan melambatnya perolehan laba bersih tahun ini rupanya tak banyak memengaruhi kemampuan perbankan mengelola bisnis mereka.

Salah satu indikasinya terlihat dari produktivitas laba bersih terhadap aset berisiko mereka pada kuartal I/2014 yang relatif stabil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Mengacu pada data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia rasio return on risk weighted asset (RORWA) bank umum hingga Maret 2014 mencapai 0,81%.

Pencapaian itu tak jauh berbeda dengan periode yang sama dua tahun sebelumnya yakni sebesar 0,84% pada 2013 dan 0,87% pada 2012. Ketua Bidang dan Pengkajian Penelitian Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas) Aviliani mengatakan manajemen risiko yang dilakukan perbankan di Tanah Air saat ini cukup bagus seiring dengan sejumlah aturan yang harus ditaati.

Namun dia menilai pemerintah perlu memberi keleluasaan gerak bagi bank di tengah kondisi saat ini yang cenderung sulit. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah melonggarkan sejumlah aturan. “Soal loan to deposit ratio (LDR) misalnya, sulit kalau sekarang dibatasi 92%, sebaiknya di kisaran 100%,” katanya saat dihubungi, Rabu (4/6/2014).

Menurutnya net interest margin (NIM) perbankan saat ini yang berada di kisaran 4% sudah jauh menurun dibandingkan pencapaian beberapa tahun sebelumnya. Kondisi semakin sulit lantaran bank yang tetap butuh dana mahal tak bisa serta-merta mengerek suku bunga kredit.

Sejumlah bank pun harus rela NIM mereka tergerus. Sebagian dari mereka pun diperkirakan akan memacu kredit pada 2014 untuk mengejar volume bisnis. Namun Avilini menilai kondisi likuiditas justru akan semakin berat tahun depan.

“Kondisi ini bisa mengganggu ekonomi nasional. Bank Indonesia perlu melakukan relaksasi, mengerem jangan terlalu pakem,” katanya.

Dia menambahkan pemerintah bisa juga membeli lebih banyak obligasi di bank agar dana beredar semakin besar. Menurut Aviliani saat ini pemerintah justru terlalu banyak mengeluarkan obligasi. “Informasinya ada Rp30 triliun dana di pemerintah yang belum ada komitmen, itu mungkin bisa dilarikan ke bank.”

Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Achmad Baiquni mengatakan pihaknya masih cukup berhati-hati di tengah dinamika ekonomi yang terjadi. Namun dia menegaskan kondisi saat ini tidak serta-merta mengubah asumsi dan target perseroan tahun ini.

“Setiap bank saya kira concern untuk mengelola risiko dengan baik. Harus ada perimbangan meski ekspansi juga dilakukan,” katanya.

Baiquni mengatakan pada kuartal II/2014 target laba bersih BRI tak jauh berbeda dengan kuartal sebelumnya. BRI membukukan laba bersih Rp5,9 triliun sepanjang triwulan I/2014 atau naik 17,86% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan itu ditopang penyaluran kredit yang mencapai Rp432,44 triliun, tumbuh 19,7% year on year.  “Tahun ini target laba kami naik 10% sampai 12% dari 2013, sejauh ini masih on track,” ujarnya.

Optimisme serupa juga dikemukakan Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja. Dia tidak menampik saat ini sejumlah bank lebih memilih untuk berkonsolidasi. Namun dia menegaskan kondisi perbankan secara umum masih cukup baik terutama dari pencapaian kredit bermasalah alias non performing loan (NPL). “Tidak ada kenaikan signifikan, masih baik.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Galih Kurniawan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper