Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis.com, JAKARTA--Sengitnya kebijakan politis disertai berbagai macam penolakan membuat industri perbankan kian tertinggal dari negara lain dalam hal konsolidasi.

"Industri perbankan Indonesia sudah ketinggalan dua langkah dari Malaysia," ungkap Ketua Umum Perhimpunan Bank-bank Nasional (Perbanas) Sigit Pramono pada Bisnis, Jumat (18/7/2014).

Menurutnya, ketinggalan yang pertama adalah ketika krisis 1997 dan 1998. Saat itu, Malaysia sangat gencar dan sedikit memaksa kepada industri perbankan untuk melakukan merger, sehingga munculah beberapa bank besar, seperti CIMB, Maybank dan sebagainya.

Pada 1998, Indonesia juga menyatukan empat bank yakni Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia, dan lahir PT Bank Mandiri Tbk.  Sigit mengungkapkan meski sudah merger sudah dilakukan, tetapi jumlah bank Indonesia masih tergolong banyak yakni 119 bank.

Ketinggalan kedua, lanjut Sigit, menjelang Masyarakat Ekonomi Asean 2020, Malaysia kembali berencana melakukan konsolidasi. Sementara itu, saat ada perencanaan aksi akuisisi Bank Mandiri dan PT Bank Tabungan Negara Tbk, cukup banyak polemik, lalu dipolitisasi dan akhirnya gagal.

Padahal Bank Mandiri dan BTN dimiliki oleh pemilik yang sama yakni negara, akan tetapi Sigit menyayangkan pengabungan masih sulit terjadi. Menurutnya, semakin besar bank, maka akan semakin siap untuk menghadapi pemain yang besar juga, serta efesiensi juga akan semakin meningkat.

Merespon aksi korporasi yang dilakukan oleh negeri tetangga, Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengatakan industri perbankan harus siap-siap menghadapi persaingan ketat di kawasan Asia Tenggara. Dia mengatakan bank-bank di Indonesia harus siap memperkuat modal, sama seperti dengan bank di Malaysia.

Budi menilai penguatan modal akan membuat bank di Indonesia semakin efisien dan mampu bersaing dengan bank-bank asing.

"Bank-bank di Indonesia harus memperkuat modal agar setara dengan bank Asean. Cara yang paling cepat yakni merger, seperti yang dilakukan bank Malaysia," ungkapnya. (nsi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Others
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper