Bisnis.com, JAKARTA – Industri perbankan syariah dinilai perlu menyeimbangkan pola ekspansi bisnis agar tidak melulu mengedepankan ekspansi pembiayaan tanpa diimbangi dengan strategi pengumpulan dana pihak ketiga yang solid.
Wakil Direktur Utama PT Bank BCA Syariah John Kosasih mengatakan jika bank syariah terlalu fokus pada ekspansi pembiayaan dengan mengabaikan aspek lain maka pertumbuhan bisnis tidak akan stabil.
“Jika menggunakan pola lending driven tidak akan sustainable,” katanya kepada Bisnis.com, akhir pekan lalu.
Menurutnya, bank syariah harus menyesuaikan target penyaluran pembiayaan dengan sumber dana yang dimiliki. Jika dipaksakan, maka kondisi likuiditas bank akan tertekan.
Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah yang dirilis oleh OJK, rasio pembiayaan terhadap pendanaan (finance to deposit ratio/FDR) industri perbankan syariah berada pada level 95,50%. Kondisi ini dinilai tidak ideal karena bank tidak memiliki cadangan yang cukup jika sewaktu-waktu terjadi penarikan dana nasabah secara besar-besaran.
Demikian pula, lanjutnya, bank juga harus memastikan bahwa penyaluran pembiayaan dilakukan secara hati-hati (prudent). Dengan demikian, bank akan terhindar dari risiko kredit bermasalah.
“Kalau pertumbuhan terlalu dipaksakan organisasi dan infrastrukturnya belum siap. Kultur bank yang solid belum terbangun. Kalau dikarbit khawatirnya bisa meledak,” katanya.
Adapun non performing financing (NPF) industri perbankan syariah mencetak rasio tertinggi dalam tiga tahun terakhir ini. Pada Juli 2014, NPF berada di level 3,48%.