Bisnis.com, PALANGKA RAYA—PT Taspen, perusahaan asuransi sosial milik negara meminta pemerintah untuk memperluas instrumen investasi bagi program dana pensiun.
Direktur Utama Taspen Iqbal Latanro menyatakan pihaknya telah melayangkan surat ke Menteri Keuangan guna menyampaikan permintaan tersebut.
“Kami meminta pemerintah untuk mengizinkan program pensiun menginvestasikan dana ke obligasi korporasi, saham, dan dibolehkan menempatkan deposito ke BPD atau bank swasta yang bunganya lebih tinggi,” jelas Iqbal, seperti dikutip Bisnis.com, Rabu (11/2/2015).
Selama ini, sambungnya, instrumen investasi untuk program dana pensiun yang dikelola Taspen hanya bertumpu pada deposito pemerintah dan Surat Utang Negara (SUN). Menurutnya, perluasan tersebut diperlukan untuk memberikan imbal hasil yang lebih tinggi pada program dana pensiun.
Iqbal memperkirakan, ke depan, akan terjadi penurunan bunga deposito dan SUN. Perkiraan itu didasarkan pada keinginan pemerintah untuk memperkecil bunga kredit. “Pak JK [Jusuf Kalla] kan sering bilang kalau pemerintah ingin agar bunga kredit rendah. Jadi saya memprediksi bahwa terdapat kecenderungan tingkat bunga deposito akan menurun,” ungkapnya.
Dia menyebutkan, kalau bunga deposito dan SUN turun, maka akan berdampak buruk pada program dana pensiun. “Kalau bunga deposito dan SUN turun dan kami tidak bisa memperluas instrumen investasi, program dana pensiun bisa gawat,” imbuhnya.
Sepanjang 2014, total dana investasi Taspen senilai Rp124,28 triliun. Dari total dana investasi tersebut, sebagian besar dana ditempatkan pada SUN dan obligasi korporasi, yakni mencapai 67,24%. “Obilgasi korporasi itu untuk program Tabungan Hari Tua, kalau dana pensiun, hanya di SUN,” kata Iqbal.
Selain itu, sebanyak 27,2% ditempatkan pada deposito. Sisanya, sekitar 4,5% dari dana investasi ditempatkan pada saham dan reksa dana.
Pada 2014, seluruh investasi tersebut menghasilkan Rp11,22 triliun. Iqbal menyebutkan, investasi untuk program THT memberikan imbal hasil 11,21%, sedangkan imbal hasil untuk program pensiun sebesar 9,34%.
Besarnya imbal hasil yang diperoleh mengalami sedikit kenaikan dari imbal hasil tahun sebelumnya. Pada 2013, investasi untuk program THT memberikan imbal hasil sebesar 9,45%. Sementara untuk dana pensiun, hanya 7,7%.
Tahun ini, Iqbal menyatakan pihaknya juga akan memperbesar porsi investasi langsung yang sebelumnya hanya 1,06% dari total investasi menjadi 3%. “Maksimal investasi lanngsung kan 5%, tapi tahun ini kami batasi di 3% dulu, ke depan mungkin akan mencapai 5%,” tuturnya.
Adapun, perseroan itu bakal mengucurkan sekitar Rp175 miliar untuk usaha patungan perbankan antara Taspen, PT Bank Mandiri, dan PT Pos Indonesia. Untuk PT Arthaloka perseroan akan mengucurkan dana senilai Rp457 miliar. Selain itu, lanjut Iqbal, pihaknya berencana investasi langsung pada Indonesia Reasuransi..
Seperti diketahui, Taspen memiliki sejumlah anak perusahaan, yaitu PT Asuransi Jiwa Tsapen (Taspen Life), PT Arthaloka, dan usaha patungan perbankan dengan BUMN lainnya. Selain itu, Taspen juga mencatatkan kepemilikan saham sebesar 20,2% di Bank Sinar Harapan Bali. Tidak ketinggalan, Taspen juga berniat untuk meningkatkan kepemilikan saham di PT Bank Kesejahteraan Ekonomi.