Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RINI SOEMARNO: BUMN Harus Terapkan Hedging

Sebagian besar Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih belum melakukan transaksi lindung nilai atau hedging.
Menteri BUMN Rini Soemarno (kanan)/Bisnis
Menteri BUMN Rini Soemarno (kanan)/Bisnis
Bisnis.com, JAKARTA - Sebagian besar Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih belum melakukan transaksi lindung nilai atau hedging.
 
Berdasarkan catatan Bisnis.com, baru dua BUMN dari total 119 BUMN yang telah melakukan hedging yakni PT Garuda Indonesia dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
 
Padahal, banyak perusahaan BUMN yang memperoleh pinjaman dana dari luar negeri dan juga pembelian dalam bentuk valuta asing.
 
Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan masih banyak perusahaan berstatus BUMN yang takut melakukan lindung nilai karena dianggap merugikan negara apabila terdapat selisih yang disebabkan perbedaan kurs kontrak dengan kurs spot jatuh tempo.
 
"Saya masuk ke BUMN, marah-marah karena banyak BUMN yang belum lakukan hedging. Perusahaan BUMN tersebut jawabnya takut diperiksa oleh BPK, Kejaksaan," ujarnya di Gedung BI, Jumat (10/4/2015).
 
Dia berharap agar perusahaan pelat merah dapat menerapkan hedging dan harus menjadi prioritas yang dilakukan oleh seluruh perusahaan pelat merah.
 
"Karena perusahaan BUMN ini punya banyak pinjaman dengan valuta asing. Kalau tidak dilakukan hedging nanti akan menyulitkan bagi mereka," katanya.
 
Lindung nilai, lanjut Rini, merupakan aksi korporasi yang penting dilakukan untuk mengatasi pembengkakan utang luar negeri akibat tertekannya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
 
"BUMN tidak perlu khawatir dianggap merugikan negara kalau transaksi hedge dilakukan secara konsisten dan dimanajemen dengan baik," ucapnya.
 
Dia pun optimistis kinerja BUMN bakal semakin maju jika konsisten menerapkan hedging.
 
"Dukungan sepenuhnya dari BI, OJK dan penegak hukum dapat sama-sama menjaga ini, sehingga tansaksi ini dapat berjalan dengan baik. Saya juga berharap kalau bisa lindung nilai bukan hanya dengan dolar. Tetapi juga dengan mata uang lain seperti yen," terang Rini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper