Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EDUKASI DUIT: Menjadikan Keinginan Orang Lain Sebagai Elemen Dasar Kesuksesan

Ada kisah gentong retak. Seorang petani mengambil air dari sumur yang letaknya cukup jauh dari rumahnya. Dia membawa gentong di kiri dan di kanan. Gentong kanan sudah retak, sehinga dia merasa sedih.
Goenardjoadi Goenawan. / Bisnis
Goenardjoadi Goenawan. / Bisnis

Ada kisah gentong retak. Seorang petani mengambil air dari sumur yang letaknya cukup jauh dari rumahnya. Dia membawa gentong di kiri dan di kanan. Gentong kanan sudah retak, sehinga dia merasa sedih. “Kasihan Pak Tani memanggul gentong, tapi retak. Tidak bisa sukses 100%.”

“Oh jangan bersedih, lihatlah bunga bunga warna-warni harum mewangi hanya tumbuh di sisi kanan jalan, karena air rembesan gentong kanan itu.”

Inti dari cerita ini, mungkin kita tidak sukses dan hanya menghasilkan air separuh sukses. Padahal ternyata, banyak sekali orang lain yang mensyukuri keberadaaan kita, seperti si gentong kanan yang menyirami bunga-bunga kekeringan.

***

Sisi filosofi dasar dari kehidupan, adalah Other People Interest, OPI.  Keinginan orang lain. 

Mungkin sepanjang hari kita merasa sedih karena tidak bisa sukses. Namun, dari sisi orang lain,  mereka bisa melihat  dan merasakan langsung manfaat yang ada, opportunity yang ada.

jadi, kalau sukses adalah sebuah istana megah, batu batanya atau elemen dasarnya adalah OPI.  Kepentingan orang lain.

OPI ini elemen dasar kesuksesan.

Sebuah buku setebal seratus halaman, bila diringkas, intinya adalah menyangkut kepentingan orang lain yaitu OPI. Kecerdasan Anda menggerakkan keinginan orang lain.

Untuk menjelaskan OPI itu, coba kita pelajari kisah perjalanan Presiden Jokowi. Tahun 2011 beliau masih wali kota Solo. Ketika dicalonkan menjadi Gubernur DKI beliau mengerti keinginan orang Indonesia atau OPI.  Jokowi mengerti, orang membutuhkan bantuan.

Bantuan paling urgent adalah kesehatan. Jokowi membuat  program Kartu Jakarta Sehat, KJS. Dulu, orang miskin yang sakit kadang tertolong karena tidak bisa masuk rumah sakit. Terakhir, penyelamat jutaan orang sakit itu adalah nabi. Dia menyembuhkan orang sakit yang miskin.

Kecerdasan Presiden Jokowi terhadap OPI atau keinginan orang lain sangat besar.  Sekarang, sebagai Presiden, langkah pertama adalah Kartu Indonesia Sehat, KIS.  Rumah sakit harus menerima dulu pasien KIS atau BPJS Kesehatan, urusan biaya ditanggung pemerintah. Rumah Sakit yang menolak pasien KIS akan ditindak.  Rakyat tidak peduli, BPJS atau KIS, yang penting masuk RS ditangangani dokter. Titik.

Begitu menjadi Presiden, Jokowi langsung berkunjung jemput bola investor luar negeri. Pulang dari kunjungan luar negeri, menteri Perdagangan Singapura bersama pengusaha negara itu, langsungberinvestasi ke kawasan industri di Jakarta,  termasuk reklamasi Pantai Ancol sampai ke Dadap.

Setelah itu Presiden blusukan ke Lampung ke kampung-kampung menolong nenek tua, menemui rakyat, mewujudkan OPI.  Rakyat ingin menyentuh tangan Presiden.  Presiden Jokowi seringkali bertanya langsung kepada  rakyat, butuh apa? Pupuk atau buku sekolah?  Dulu, ke mana-mana Presiden membawa buku, beras atau  kaos untuk mereka yang ditemui. Mereka membutuhkan barang-barang  tersebut, atau sekadar menyentuh tangan Presiden.

Bisnis pun demikian. Anda tidak mungkin menyuruh semuanya tunduk kepada Anda. Mereka semua tunduk kepada OPI. Kepentingan masing masing.

Prinsip utama bisnis adalah meperhatikan OPI. Anda harus bisa menolong orang kaya.  Melalui jalur tersebut, maka jalan bisnis akan menggulir.

Berikut perbedaan cara pandang orang kaya dan orang miskin:

Orang Kaya

Mengerti cost saving, liku-liku mendapatkan cost yang murah dan dia akan terpatok pada harga cost.

Orang Miskin

Biasanya shopping kemahalan, karena terpatok pada harga konsumen. Makanya, omzet perusahaan tidak bisa secepat omzet Carrefour. Omzet Carrefour dikalkulasi dengan harga eceran, sedangkan omzet pabrik dihitung dengan harga grosir.

Orang Kaya

Dia akan setia dengan uang, mampu meredam keinginan untuk shopping. Dia menyukai liku-liku aliran profit.

Orang Miskin

Menyukai shopping, ingin merasakan menjadi King. Customers is King. Maka dia suka dilayani dengan barang barang bermerek.

Orang Kaya

Mengutamakan barang-barang fungsional. Melihat jam tangan dari sisi model, kegunaan, manfaat.

Orang Miskin

Mengutamakan gaya hidup, merasa kelasnya selalu di atas orang lain. Bila saldo Anda di bank sebesar Rp5 miliar, maka Anda tidak akan mempersoalkan jam tangan atau sepatu Anda, bukan?

 

Orang Kaya

Melihat uang sebagai alat produksi. Uang sebagai bahan seperti bahan baku, bahan packaging, dan bahan upah.

Orang Miskin

Melihat uang sebagai kebutuhan, seperti oksigen di tengah-tengah orang tenggelam. Berapa pun oksigen yang ada, akan dihabiskan.

Bila mental Anda masih suka shopping, selamanya Anda tidak bisa mengendalikan uang. Anda akan seperti penjudi yang tidak bisa terbebas dari kecanduan. Untuk bisa terbebas dengan kecanduan uang,  Anda bisa mencoba diet lebih dulu atau berhenti merokok. Bila Anda tidak bisa diet gula untuk diabetes Anda, maka jangan coba-coba menghilangkan kecanduan uang. Mustahil.

Namun, bila pada akhirnya  Anda memahami aliran uang, Anda akan menjadi pengendali gaya hidup masyarakat. Andalah yang membentuk trend setters. Tuhan secara gamblang menjelaskan hakekat uang, tetapi zaman dulu tidak sematerialistis sekarang. Zaman dulu kapitalisme belum ditemukan. Zaman dahulu, bila seseorang menjadi tokoh professional yang memiliki jabatan tinggi, orang  menyebut, "Dia disentuh Tuhan".

Hakekat berdasarkan petunjuk: "Mencintai orang lain seperti mencintai dirimu sendiri" atau"Memberi kebaikan kepada orang lain dengan ikhlas".

Petunjuk tersebut sangat gamblang. Namun, interpretasi orang bisa berbeda-beda. "Mencintai orang lain seperti mencintai dirimu sendiri." Elemen dasar dari petunjuk itu adalah Kasih. Ya betul, tapi jangan lupa  ada juga elemen dasar ‘orang lain’.

Saking sulitnya ajaran kitab suci tersebut , kecerdasan mengerti orang lain atau OPI, other people interest ini, sangat langka.  Bila diukur dengan indeks 100 maka skor rata rata indeks OPI masyarakat umum, 2-3 saja. Saking sulitnya mengganti isi otak manusia menjadi OPI, maka kenaikan sedikit OPI Index menjadikan jalan hidup yang sangat berkah.

Ada juga pepatah "Di penjara seseorang menemukan Tuhan". Karena biasanya orang cenderung semau gue, hingga dirinya jatuh tertimpa tangga maka dia paham OPI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper