Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia melaporkan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas mencapai Rp9.078,6 triliun pada Oktober 2024.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso menjelaskan posisi uang beredar dalam arti luas (M2) tersebut tumbuh sebesar 6,2%.
Kendati demikian, pertumbuhan tersebut cenderung melambat secara tahunan (year on year/YoY). Pada Oktober 2023, pertumbuhan M2 mencapai 7,2%.
"Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit [M1] sebesar 7,1% [YoY] dan uang kuasi sebesar 4,2% [YoY]," jelas Ramdan dalam keterangan resmi, Jumat (22/11/2024).
Dia merincikan penyaluran kredit pada Oktober 2024 tumbuh sebesar 10,4% (YoY). Menurut Ramdan, angka tersebut stabil dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya.
Selain itu, tagihan bersih kepada pemerintah pusat terkontraksi sebesar 0,1% (YoY), setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 12,3% (YoY). Sementara itu, aktiva luar negeri bersih tumbuh sebesar 1,6% (YoY), setelah terkontraksi sebesar 0,3% (YoY) pada September 2024.
Baca Juga
Sebagai informasi, M1 mencakup uang tunai yang beredar di masyarakat dan rekening giro, yang dianggap sebagai uang paling likuid. Sementara itu, M2 mencakup M1 ditambah instrumen lain seperti deposito berjangka, tabungan berjangka, dan rekening pasar uang.
M2 digunakan sebagai indikator likuiditas yang lebih luas dalam perekonomian dan dapat mempengaruhi inflasi serta pertumbuhan ekonomi.
BI mencatat pertumbuhan M2 yang stabil menunjukkan bahwa ekonomi memiliki cukup likuiditas untuk mendukung aktivitas bisnis dan konsumsi, sementara pertumbuhan M1 mencerminkan kecepatan peredaran uang tunai dalam ekonomi.
Adapun, komponen M1 dengan pangsa 55,3% dari M2, pada Oktober 2024 sebesar Rp53.022,2 triliun atau tumbuh sebesar 7,1% (YoY), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 6,9% (YoY).
Perkembangan M1 terutama disebabkan oleh perkembangan uang kartal di luar bank umum dan BPR, serta giro rupiah. Uang kartal yang beredar di masyarakat pada Oktober 2024 sebesar Rp970,1 triliun atau tumbuh 12,4% (YoY), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada September 2024 sebesar 10,6% (YoY).