Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BSM Kaji Revisi RBB

PT Bank Syariah Mandiri sedang mengkaji kemungkinan untuk merevisi Rencana Bisnis Bank (RBB) pada akhir bulan ini yang akan diserahkan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Jajaran Direksi Bank Mandiri Syariah yang dipimpin Direktur Keuangan dan Strategi Agus Dwi Handaya berkunjung ke redaksi Bisnis Indonesia diterima Pemimpin Redaksi Arif Budisusilo, Senin (23 Feb)/Bayu Widagdo
Jajaran Direksi Bank Mandiri Syariah yang dipimpin Direktur Keuangan dan Strategi Agus Dwi Handaya berkunjung ke redaksi Bisnis Indonesia diterima Pemimpin Redaksi Arif Budisusilo, Senin (23 Feb)/Bayu Widagdo

Bisnis.com, JAKARTA--PT Bank Syariah Mandiri sedang mengkaji kemungkinan untuk merevisi Rencana Bisnis Bank (RBB) pada akhir bulan ini yang akan diserahkan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Direktur Keuangan dan Strategi BSM Agus Dwi Handaya mengatakan dengan kondisi ekonomi domestik saat ini, perseroan melihat ada kemungkinan untuk mengajukan revisi RBB.

"Daya beli masyarakat saat ini sedang rendah. Awal tahun kami membidik pertumbuhan sesuai arahan regulator yakni 15% hingga 17%. Ada kemungkinan kami revisi RBB," ucapnya kepada Bisnis.com, Senin (8/6/2015).

Menurut Agus, perseroan saat ini lebih realistis dalam menyalurkan pembiayaan. Menurutnya, pertumbuhan pembiayaan dapat mencapai batas bawah 15% membutuhkan usaha yang ekstra.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan per Maret 2015 pembiayaan yang berhasil disalurkan senilai Rp47,29 triliun yang terdiri dari piutang murabahah senilai Rp44,03 triliun, piutang istihna senilai Rp30,08 miliar, dan piutang qardh senilai Rp3,23 triliun. Sedangkan pembiayaan pada kuartal I/2014 mencapai Rp48,69 yang terdiri dari pembiayaan murabahah senilai Rp43,38 triliun, pembiayaan istihna senilai Rp5,25 miliar, dan piutang qardh senilai Rp5,25 triliun.

Selain kemungkinan revisi pertumbuhan pembiayaan, BSM juga akan memasukkan program-program baru yang sebelumnya belum ada di RBB awal tahun.

Sebelumnya, Direktur Utama BSM Agus Sudiarto mengatakan perseroan lebih fokus untuk memperbaiki kualitas aset pada tahun ini. Perseroan cenderung lebih berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan guna mengurangi pemburukan kualitas aset.

"Tahun ini kami targetkan bisa menagih pembiayaan bermasalah senilai sekitar Rp400 miliar," ucapnya.

Agus mengungkapkan posisi rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) pada Maret 2015 cenderung sama dengan Desember 2014, yakni 6,84% gross dan net berada di posisi 4,29%. Saat ini, BSM memiliki tiga satuan tugas Financing Recovery Division (FRD) yang telah melakukan perbaikan NPF sebesar Rp2,92 triliun atau rata-rata Rp244 miliar perbulan sepanjang tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper