Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom: Penguatan Dolar Tak Berdampak ke Industri Perbankan

Kepala Ekonom PT Bank Rakyat Indonesia (BNI) Tbk Ryan Kiryanto mengatakan penguatan mata uang dolar Amerika Serikat ini tidak berdampak secara signifikan bagi industri perbankan di Indonesia.
Ilustrasi/Bisnis-Endang Muchtar
Ilustrasi/Bisnis-Endang Muchtar
Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia menetapkan kurs tengah rupiah di level Rp13.529 per dolar Amerika Serikat pada Kamis (6/8), naik sebesar 0,08% dari level di hari sebelumnya.
 
Kepala Ekonom PT Bank Rakyat Indonesia (BNI) Tbk Ryan Kiryanto mengatakan penguatan mata uang dolar Amerika Serikat ini tidak berdampak secara signifikan bagi industri perbankan di Indonesia.
 
"Menguatnya mata uang dolar yang menyebabkan rupiah melemah ini tak pengaruh pada perbankan karena mayoritas kredit bank dalam bentuk rupiah," ujarnya kepada Bisnis.com, Kamis (6/8/2015).
 
Dia menuturkan kalau pun ada kredit yang disalurkan dalam bentuk mata uang dolar AS tersebut tidak berdampak pada ketahanan perbankan karena telah dilakukan hedging atau lindung nilai.
 
"Debitur yang punya kredit dalam bentuk dolar AS sebagian besar berorientasi ekspor sehingga ada natural hedging," katanya.
 
Dengan demikian, menguatnya mata uang dolar AS ini juga tidak ada dampak ke permodalan bank maupun rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) bank.
 
Kendati demikian, apabila terdapat ada tendensi kenaikan NPL, bukan karena depresiasi rupiah melainkan karena tekanan ekonomi yang membuat sebagian pengusaha mengalami gangguan usaha.
 
"NPL yang meningkat itu bukan terjadi karena rupiah melemah tapi tekanan ekonomi yang membuat pengusaha mengalami gangguan usaha sehingga kredit macet meningkat," ucap Ryan.
 
Seperti diketahui, berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia yang diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rasio NPL industri perbankan nasional sejak awal tahun telah menunjukkan peningkatan.
 
Per Januari 2015, angka NPL bank-bank tercatat sebesar 2,36% atau naik basis poin dari NPL akhir tahun lalu yang sebesar 2,16%.
 
Adapun per April 2015 rasio NPL tercatat sebesar 2,40% atau mengalami peningkatan 36 bps dari NPL periode yang sama pada tahun lalu sebesar 2,04%.
 
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara menuturkan rasio kredit bermasalah hingga Mei 2015 mencapai 2,6% atau naik dari posisi 2,5% dari bulan sebelumnya.
 
Penaikan NPL sejak awal tahun ini sejalan dengan perlambatan kredit yang terkoreksi pada awal tahun secara year to date dibandingkan kredit akhir tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper