Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Alasan BI Memilih Longgarkan GWM Primer

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Juda Agung mengatakan dalam RDG teerakhir otoritas moneter memang melihat ruang pelonggaran BI rate ada karena inflasi yang rendah dan current account deficit (CAD) yang telah membaik. Kendati demikian, saat ini yang masih akan dihadapi yakni kenaikan Fed Fund Rate (FFR) yang membuat Bank Indonesia waspada.
Bisnis.com, JAKARTA - Dalam Rapat Dewan Gubenur pada Selasa (17/11/2015), Bank Indonesia memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate pada level 7,5%.
 
Kendati demikian, Bank Indonesia memilih melonggarkan kebijakan moneter dengan menurunkan giro wajib minimum (GWM) primer dalam rupiah sebesar 50 basis poin menjadi 7,5%.
 
Apa yang menjadi alasan Bank Sentral untuk kembali menahan BI rate di level 7,5% dalam 10 bulan tersebut?
 
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Juda Agung mengatakan
dalam RDG teerakhir otoritas moneter memang melihat ruang pelonggaran BI rate ada karena inflasi yang rendah dan current account deficit (CAD) yang telah membaik. Kendati demikian, saat ini yang masih akan dihadapi yakni kenaikan Fed Fund Rate (FFR) yang membuat Bank Indonesia waspada.
 
"Inflasi rendah tapi FFR masih akan kita hadapi. Seringkali gejolak dan tekanan nilai tukar sehingga kita longgarkan GWMnya terlebih dahulu dan BI rate tetap," ujarnya di Jakarta, (21/11/2015).
 
Menurutnya, dampak dari penurunan GWM yaknk terkait dengan likuiditas perbankan yang bertambag. Pasalnya, GWM seperti pajak atau tax terhadap dana pihak ketiga yang dikumpulkan oleh bank.
Giro wajib tersebut diterima di Bank Indonesia yang berasal dari perbankan.
 
"Kalau dulu 8% dari dana yang dikumpulkan oleh bank diserahkan ke BI. Sekarang jadi 7,5%," kata Juda.
 
GWM yang diturunkan ini akan berdampak pada biaya dana yang rendah atau cost of fund. Cost of fund yang rendah ini akan membuat kalangan perbankan menurunkan suku bunga kreditnya.
 
"Kalau CoF turun ya mudah-mudahan bunga kredit turun. Kalau bank jaga spreadnya 5% semestinya suku bunga kredit itu turun. Diitengah permintaan kredit yang lemah. dengan menurunkan kredit diharapkan suku bunga turun sehingga kredi meningkat," ucapnya.
 
Juda menilai transmisi penurunan GWM dari BI rate ini tidak jauh berbeda. BI rate yang dilonggarkan akan berdampak bukan hanya pada suku bunga saja tetapi juga dipasar obligasi, yield, dan ekspektasi stock market sehingga juga mendorong pasar saham.
 
"Tranmisi itu ada banyak, dari surat berharga, penyaluran kredit, yield, dan obligasi. Tentu saja Desember itu Fed menaikkan dan situasinya membaik maka ada ruang juga untuk menyesuaikan tetapi ini smua kita cermati dari hari kehari bulan ke bulan baik perkembagan global dan domestik," tutur Juda.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper