Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Yakin Penurunan GWM Primer Pangkas Biaya Dana

Bank Indonesia menyakini penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) Primer dalam rupiah dari 8% menjadi 7,5% yang mulai diberlakukan hari ini, Selasa (1/12/2015), akan menambah likuiditas perbankan sekitar Rp18 triliun hingga Rp23 triliun.
Tumpukan uang/Ilustrasi
Tumpukan uang/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia menyakini penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) Primer dalam rupiah dari 8% menjadi 7,5% yang mulai diberlakukan hari ini, Selasa (1/12/2015), akan menambah likuiditas perbankan sekitar Rp18 triliun hingga Rp23 triliun.

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Solikin M. Juhro mengatakan penurunan GWM Primer dalam rupiah menambah likuiditas bank sehingga akan berdampak pada peningkatan kapasitas kredit.

Selain itu, penurunan GWM sebesar 50 basis poin ini diharapkan dapat menurunkan cost of fund atau biaya dana perbankan sehingga kalangan perbankan dapat menurunkan suku bunga kredit.

"Likuiditas rupiah yang didapat dari pelonggaran GWM Primer rupiah senilai Rp18 triliun sampai dengan Rp23 triliun sehingga ini dapat meningkatkan kredit bank," ujarnya di Gedung BI, Selasa (1/12/2015).

Menurutnya, dengan penambahan likuiditas perbankan ini akan mendorong peningkatan kredit sebesar 0,6% hingga 1%.

Kendati demikian, potensi penambahan ini tergantung pada kemampuan pasar dalam menyerap dana yang disalurkan.

Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan kredit pada 2016 berada di rentang 12% hingga 14%.

"Pelonggaran ini diharapkan akan memacu bank untuk meningkatkan pertumbuhan kredit. Pertumbuhan kredit ini mengikuti gerak pertumbuhan ekonomi. Kalau pertumbuhan ekonominya tinggi maka kredit juga tinggi," kata Solikin.

Sementara itu, untuk pertumbuhan ekonomi nasional, Bank Sentral memperkirakan pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 5,2%-5,6% yang bersumber dari konsumsi domestik dibantu dengan pengeluaran pemerintah.

"Target pertumbuhan ekonomi dan kredit tersebut bisa dicapai dengan belanja pemerintah dan sektor swasta," ucap Solikin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper