Bisnis.com, JAKARTA— PT Bank BNI Syariah, anak usaha PT Bank Negara Indonesia Tbk., tak akan menerbitkan sukuk pada tahun ini karena perseroan masih akan mengandalkan simpanan masyarakat untuk berekspansi.
Direktur Keuangan BNI Syariah Imam Teguh Saptono mengatakan perseroan memang telah masuk ke pasar pada pertengahan tahun lalu dengan meluncurkan sukuk. Namun, lanjutnya, pada tahun ini perseroan belum berencana untuk kembali melakukan penerbitan sukuk.
Alasannya, ujar Imam, yakni perseroan masih yakin mampu menghimpun dana dari masyarakat lewat berbagai produk simpanan yang ditawarkan.
“Kami memperkirakan pertumbuhan industri perbankan secara keseluruhan di kisaran 15%-20%. Jumlah tersebut masih bisa kami penuhi oleh tradisional market atau dari dana pihak ketiga reguler,” jelas Imam kepada Bisnis.com, pekan lalu.
Imam melanjutkan dari penerbitan Sukuk Mudharabah Bank BNI Syariah I Tahun 2015 pada 15 Mei 2015, BNI Syariah berhasil menghimpun dana senilai Rp500 miliar. Hingga akhir tahun lalu, seluruh dana dari penerbitan surat berharga syariah tersebut telah digunakan untuk ekspansi pembiayaan dalam mata uang rupiah.
Sektor yang menerima aliran dana sukuk, rinci Imam, yakni pembiayaan konsumtif, produktif, dan mikro.
“Dana sukuk seluruhnya telah habis digunakan untuk ekspansi pembiayaan BNI Syariah yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah,” ungkap Imam.
Presiden Direktur BNI Syariah Dinno Indiano mengungkapkan pada tahun ini, perseroan memasang target pertumbuhan pembiayaan di level 20% secara tahunan (y-o-y). Untuk rancangan ekspansi tersebut, Dinno mengutarakan capital adequacy ratio (CAR) BNI Syariah wajib berada di level 14%-15%.
Sementara itu , dari laporan keuangan BNI Syariah per September 2015, menunjukkan CAR perseroan bertengger di posisi 15,38% atau terkoreksi dari 19,35% di bulan yang sama tahun lalu.
Dinno menyebut, posisi CAR tersebut masih cukup untuk menyokong ekspansi pembiayaan BNI Syariah hingga tahun ini. Namun, untuk 2017, dia melanjutkan perlu ada penambahan modal agar perseroan tetap mampu menyalurkan pembiayaan.
“Tinggal nanti bunyinya apakah di 2016 atau 2017, yang pasti kami butuh tambahan modal kurang lebih pada kisaran Rp500 miliar sampai Rp1 triliun,” tutur Dinno.
Dengan penambahan dana tersebut, Dinno memproyeksi CAR BNI Syariah bisa kembali terkerek ke level 18%-20%. Akibatnya, pembiayaan pun bisa melaju di level minimal yakni 20%.
Hingga tahun lalu, BNI Syariah disebutkan telah berkontribusi ke total laba BNI sekitar 3%-4%. “Tapi kami penyumbang laba terbesar, diharapkan oleh induk kami bisa menyumbang 5%,” ujar Dinno.