Bisnis.com,JAKARTA—Rasio kredit bermasalah atau non-performing loan/NPL perbankan tahun ini masih berpotensi mengalami kenaikan, terdampak dari pelemahan ekonomi yang masih terasa sejak tahun lalu.
Deputy Head of Equity Research Mandiri Sekuritas Tjandra Lienandjaja mengatakan tahun ini NPL perbankan bisa mencapai 3%. Menurutnya, kenaikan NPL akan mencapai puncaknya pada kuartal dua atau tengah tahun ini.
Namun, rasio NPL diyakini akan kembali stabil dan turun secara perlahan pada semester dua nanti.
“Hopefully kalau ekonomi lebih tinggi, mungkin bisa turun pelan-pelan di second half,” ujarnya saat pemaparan macroeconomics outlook Mandiri Group, Selasa (5/4/2016).
Selain perekonomian yang lebih baik, penurunan NPL pada semester dua juga terjadi karena bank cenderung melakukan penghapusan buku (write off) untuk asetnya yang bermasalah. Hal ini juga tercermin dari kondisi NPL tahun lalu yang terlihat menurun pada akhir tahun.
Per Desember 2015, NPL industri perbankan mencapai sebesar 2,5%, naik 30 bps secara year on year (y-o-y) dari 2,2%. Meski naik, NPL pada bulan terakhir tahun lalu itu sudah menurun dibandingkan November 2015 yang mencapai 2,7%.
Kenaikan NPL secara industri masih berlanjut hingga awal tahun ini. Per Januari 2016, NPL tercatat mencapai Rp105 triliun, naik dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp100 triliun. Secara rasio, NPL industri perbankan per Januari 2016 tercatat sebesar 2,7%.
Meski diprediksi mencapai titik tertinggi di angka 3%, Tjandra mengatakan presentase kenaikan NPL tahun ini tidak sebesar tahun lalu.
“Karena dasarnya sudah besar dari tahun lalu, jadi kenaikannya tidak setinggi tahun lalu,” katanya.