Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Porsi Kepemilikan SBN oleh BI Mulai Susut, Perbankan Makin Tebal

BI terpantau mengurangi kepemilikan SBN di saat perbankan menambah porsi.
Pegawai beraktivitas di kantor Kementerian Keuangan pada saat peluncuran sukuk tabungan seri ST005 di Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai beraktivitas di kantor Kementerian Keuangan pada saat peluncuran sukuk tabungan seri ST005 di Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Porsi kepemilikan SBN oleh Bank Indonesia (BI) terpantau menurun pada pertengahan Juli 2025 jika dibandingkan dengan periode akhir 2024, sementara perbankan terpantau semakin rajin menambah investasinya di surat berharga tersebut. 

Melihat data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, total kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) yang dapat diperdagangkan secara neto oleh Bank Indonesia (BI) senilai Rp1.536,78 triliun atau 24,23% dari total SBN per 15 Juli 2025. 

Terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) senilai Rp1.368,86 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) senilai Rp167,92 triliun. 

Angka tersebut turun Rp81,23 triliun dari periode akhir 2024 yang kala itu tercatat senilai Rp1.618,01 triliun atau mencakup 26,79% dari total SBN neto yang dapat diperdagangkan senilai Rp6.039,52 triliun. Jumlah kepemilikan tersebut terdiri dari SBN senilai Rp1.448,82 triliun dan SBSN senilai Rp169,18 triliun.  

Apabila melihat data kepemilikan SBN secara bruto, yang termasuk SBN yang digunakan untuk operasi moneter dengan perbankan, jumlahnya justru meningkat. Pada akhir 2024 tercatat senilai Rp1.486,85 triliun dan meningkat Rp106,93 triliun ke level Rp1.593,78 triliun per 15 Juli 2025. 

Adapun, sejalan dengan porsi kepemilikan SBN oleh BI yang menurun secara nominal dan persentase, SBN yang dimiliki perbankan justru meningkat pada periode tersebut. 

Per 15 Juli 2025, perbankan tercatat memegang Rp1.275,45 triliun SBN. Bank konvensional memiliki Rp1.192,57 triliun dan bank syariah tercatat memegang Rp82,88 triliun. 

Secara umum, jumlah tersebut naik Rp224,05 triliun dalam kurun waktu sekitar enam setengah bulan atau sejak akhir 2024 yang kala itu tercatat senilai Rp1.051,40 triliun. Untuk diketahui, penurunan jumlah SBN neto milik BI tersebut terjadi saat bank sentral justru membeli cukup banyak SBN pada tahun ini. 

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo melaporkan telah membeli obligasi pemerintah tersebut senilai Rp144,9 triliun sepanjang tahun ini hingga 15 Juli 2025, dalam rangka menjaga stabilitas rupiah. 

Realisasi tersebut terpantau hampir menyentuh angka Rp150 triliun, angka yang menjadi rencana pembelian SBN untuk sepanjang tahun ini. Bahkan mendekati realisasi sepanjang 2024 lalu yang mencapai Rp169,5 triliun (data per pertengahan Desember 2024). 

“Bank Indonesia telah membeli SBN senilai Rp144,90 triliun, yaitu melalui pasar sekunder sebesar Rp102,58 triliun dan pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara [SPN], termasuk syariah, senilai Rp42,32 triliun,” jelasnya dalam konferensi pers, Rabu (16/7/2025). 

Meski demikian, Perry memang telah menyampaikan sedari awal bahwa memang terdapat potensi pembelian SBN lebih banyak dari target tersebut. 

Dalam RDG kemarin, Bank Indonesia tidak merespon pertanyaan Bisnis terkait rencana pembelian SBN pada semester II/2025 ini. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro