Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Risiko Bank Jumbo (BBRI, BBNI, BMRI & BBCA) usai BI Rate Dipangkas

Bank-bank beraset jumbo diperkirakan akan menghadapi risiko penurunan pertumbuhan pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) usai BI Rate dipangkas.
Pegawai menyortir uang rupiah di cash center atau pusat kas BNI di Jakarta, Selasa (4/2/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menyortir uang rupiah di cash center atau pusat kas BNI di Jakarta, Selasa (4/2/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Bank-bank beraset jumbo alias big banks diperkirakan akan menghadapi risiko penurunan pertumbuhan pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) usai Bank Indonesia kembali memangkas suku bunga acuan alias BI Rate.

Sarah Jane Mahmud, Bloomberg Intelligence senior industry analyst, menjelaskan bahwa pertumbuhan NII para perbankan bermodal jumbo itu bisa bertumbuh lebih rendah di bawah ekspektasi konsensus. Tekanan margin, jelasnya, menjadi pemicu usai bank sentral menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke level 5,25% dari hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 15—16 Juli 2025.

“Bank Mandiri dan bank-bank sejenisnya diperkirakan akan mengalami pertumbuhan pendapatan bunga bersih yang lebih rendah dari ekspektasi konsensus sebesar 5,6% karena meningkatnya tekanan margin setelah pemangkasan suku bunga oleh bank sentral pada 16 Juli,” jelas Sarah dalam laporan yang dirilis, Rabu (16/7/2025).

Adapun, laporan tersebut dirilis Bloomberg Intelligence untuk sederet emiten perbankan bermodal jumbo meliputi PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI).

Dalam catatannya, Bloomberg Intelligence juga memperkirakan bahwa BBRI akan menjadi perbankan yang paling menonjol dibandingkan perbankan bermodal jumbo lain. 

Sarah menjelaskan, tekanan margin perseroan diperkirakan dapat mereda dengan estimasi penyesuaian suku bunga simpanan akan lebih cepat berubah dibandingkan kredit karena besarnya portofolio usaha mikro dengan suku bunga tetap. 

“Namun, keputusan bank untuk membatasi penyaluran kredit bersamaan dengan simpanan dapat menghambat pertumbuhan,” jelas Sarah.

Seperti diketahui, BI kemarin mengumumkan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 5,25%. 

Sebagai catatan, bank sentral di Tanah Air itu telah memangkas suku bunga acuan sebanyak dua kali pada semester I/2025, tepatnya pada RDG periode Januari dan Mei, masing-masing sebesar 25 bps, dari 6,00% ke level 5,50%.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro