Bisnis.com, MALANG - Rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) bank perkreditan rakyat (BPR) di wilayah kerja Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang naik menjadi 12,5% pada posisi Februari 2016 terdampak melambatnya penyaluran kredit.
Ketua Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Malang Samsul Anam mengatakan dengan melambatnya penyaluran kredit maka angka pembanding kredit bermasalah lebih kecil sehingga NPL menjadi tinggi.
“Kalau ekspansi kreditnya tinggi, maka bisa menekan NPL karena nilai pembanding kredit bermasalahnya lebih tinggi,” ujarnya di Malang, Rabu (20/4/2016).
Sampai dengan Ferbruari 2016, pertumbuhan penyaluran kredit BPR di wilayah kerja OJK Malang hanya mencapai 0,72% jauh lebih sedikit bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang di kisaran 5%.
Sampai dengan Februari 2016, penyaluran kredit BPR mencapai Rp1,213 triliun atau hanya naik 0,24% secara tahunan (year on year/y-o-y).
Menurut Samsul, melemahnya penyaluran kredit BPR selain dipicu kondisi perekonomian yang masih melambat, juga dipicu penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) oleh bank umum yang ditunjuk menyalurkan kredit tersebut.
Penyaluran KUR menjadi penghambat penyaluran kredit BPR karena pangsa pasarnya sama, yakni usaha mikro kecil. Kepala Kantor OJK Malang Indra Krisna mengatakan OJK akan memanggil BPR yang angka NPL tinggi. Pengurus BPR diminta melakukan evaluasi untuk memperbaiki NPL tersebut.
BPR yang NPL-nya tinggi juga diminta membentuk penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) sebagai implikasi dari sikap kehati-hatian bank dalam operasionalnya.
BPR juga diminta melakukan restrukturisasi kredit yang macet jika penyebabnya karena faktor eksternal. Meningkatkan pertumbuhan kredit, dia akui, juga bisa menjadi cara untuk menekan angka NPL BPR.
Namun meningkatkan pertumbuhan kredit juga perlu dilakukan dengan prinsip kehati-hatian. Artinya, jangan sampai peningkatan penyaluran kredit BPR justru makin memperbesar NPL-nya. Karena itulah, BPR harus jeli dalam memilih debitur terkait dengan upaya menggenjot realisasi kredit.