Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. (BRI Agro) optimistis penyerapan rights issue dapat mencapai target meskipun induk usahanya yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. tidak akan mengambil seluruh haknya dalam aksi korporasi kali ini.
BRI Agro telah memulai perdagangan pertama rights issue dengan target dana senilai Rp1 triliun pada Selasa (4/7). Emiten perbankan berkode saham AGRO tersebut mematok harga pelaksanaan rights issue senilai Rp400 per saham.
Dalam aksi korporasi kali ini, BRI selaku pemegang saham pengendali tidak akan memanfaatkan hak memesan efek terlebih dulu (HMETD) secara penuh dengan tujuan mendorong kenaikan porsi pemegang saham publik.
Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan, perseroan akan mengurangi kepemilikan pada BRI Agro menjadi sekitar 76% dari total kepemilikan sebelumnya yang sebesar 87%.
“Dengan porsi publik yang meningkat harapannya bisa membuat pergerakan harga saham BRI AGRO bisa lebih likuid,” ujarnya.
Sampai laporan keuangan kuartal I/2017, posisi pemegang saham perseroan antara lain, BRI sebanyak 87,23%, dan publik sebesar 12,77% termasuk kepemilikan saham oleh dana pensiun perkebunan sebesar 6,66%.
Meskipun BRI tidak memanfaatkan seluruh haknya, Sekretaris Perusahaan BRI Agroniaga Hirawan Nur Kustono mengatakan pihaknya optimistis penerbitan saham baru kali ini akan disambut baik oleh pasar. Pasalnya, pada tahun lalu, penerbitan saham baru mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribed.
Pada akhir tahun lalu, anak usaha BRI itu melakukan aksi rights issue dengan harga pelaksanaan Rp130 per saham dan target dana senilai Rp499 miliar.