Bisnis.com, JAKARTA -- Masalah papan atau kepemilikan rumah menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi, termasuk bagi kaum millennial. Memiilik rumah untuk pertama kalinya menjadi pengalaman baru yang menarik, juga penuh tantangan.
Nyaman, aman, dan strategis seringkali menjadi pertimbangan seseorang dalam memilih hunian. Namun, dengan keterbatasan lahan strategis, semakin lama semakin mahal untuk bisa memenuhi kebutuhan papan di perkotaan.
Belum lagi adanya gap atau kesenjangan antara penghasilan dengan harga rumah, sehingga mengharuskan setiap individu berstrategi dalam membeli rumah, baik dengan menabung, investasi atau mencicil melalui KPR
Perencana keuangan OneShildt Budi Raharjo menuturkan melalui KPR seseorang dapat membeli rumah dengan nilai saat ini dengan modal kecil dan bunga cicilan rendah, bahkan seringkali lebih rendah dari kenaikan harga rumah per tahunnya.
“Sehingga para perencana keuangan seringkali mengkategorikan KPR sebagai kategori utang produktif,” kata Budi.
Menurutnya terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk membeli rumah melalui KPR.
Baca Juga
Pertama, persiapan uang muka, semakin besar uang muka maka angsuran bulanan akan semakin kecil.
Apabila rumah tersebut adalah rumah pertama, maka carilah program-program bantuan perumahan yang tersedia di perbankan, sehingga dapat memberikan keringanan baik uang muka maupun uang pinjaman.
Kedua, pertimbangkan nilai cicilan yang sanggup ditanggung. Maksimal besar angsuran bulanan adalah sebesar 30-35% dari penghasilan. Selain itu pertimbangkan pengeluaran tambahan sehari-hari untuk pemeliharaan rumah seperti listrik, air, iuran lingkungan dan sebagainya.
Ketiga, untuk menjaga kemampuan membayar cicilan, siapkan dana darurat untuk mengantisipasi pengeluaran tak terduga minimal tiga kali pengeluaran, serta asuransi sebagai proteksi keuangan.
Salah satu tawaran menarik dalam pembelian rumah melalui KPR adalah bunga ringan. Budi mengatakan terdapat dua jenis bunga yang sering kali ditawarkan.
Pertama, bunga variable atau floating, artinya tingkat suku bunga angsuran berubah-ubah mengikuti tingkat suku bungan acuan.
“Konsekuensi jika yang diambil berbunga floating, maka saat tingkat suku bunga acuan naik maka otomatis angsuran cicilan kita juga akan meningkat,” ujarnya.
Kedua, suku bunga fix atau tetap artinya bunga cicilan tidak berubah-ubah baik dalam waktu terbatas atau sepanjang tenor. Jika, tingkat suku bunga tetap maka nilai angsuran tidak akan berubah bagaimana pun kondisi perekonomian.
Sebelum memutuskan untuk membeli rumah melalui KPR, Anda juga harus jeli dengan menanyakan tingkat suku bunga yang ditawarkan tersebut. Menurut Budi, bunga ditawarkan cukup rendah dalam beberapa tahun pertama. Oleh karena itu, perlu diperhatikan berapa tingkat suku bunga setelah masa promo berakhir.
Selain itu, lanjutnya, fleksibilitas juga perlu menjadi perhatian. Misalnya apakah memungkinkan adanya penambahan pembayaran apabila ada uang tambahan, kemudian apabila pelunasan dipercepat syarat apa saja yang harus dipenuhi.
“Selanjutnya adalah biaya-biaya seperti biaya ketika pengajuan kredit, setelah kredit maupun biaya denda dan penalti,” katanya.
Dia menilai kesalahan yang umum terjadi adalah konsumen kurang bertanya secara detail mengenai kondisi rumah yang akan dibeli seperti spesifikasinya, selain itu kurang detail bertanya terkait biaya serta fleksibilitas sistem KPR yang ditawarkan. “Jadi seringkali kaget saat timbul biaya-biaya lainnya,” kata Budi.