Bisnis.com, NUSA DUA— PT Perkebunan Nusantara III (Persero), induk Holding Badan Usaha Milik Negara Perkebunan, membidik dana segar Rp2 triliun lewat emisi instrumen reksa dana penyertaan terbatas (RDPT) pada 2018.
Direktur Utama Perkebunan Nusantara III, Dolly Pulungan mengatakan pihaknya melalui PT PNM Investment Management akan segera melakukan bookbuilding untuk penerbitan reksa dana penyertaan terbatas (RDPT) tahap pertama. Dana yang dibidik pada tahap awal senilai Rp1 triliun.
“Kalau over kami ambil. Target tahun ini masuk dari RDPT Rp2 triliun untuk replanting dan menyelesaikan pabrik minyak goreng,” ujarnya kepada Bisnis, di Nusa Dua, baru-baru ini.
Seperti diketahui, di sela-sela Annual Meeting IMF-World Bank Group 2018 di Nusa Dua, Bali, PINA Center Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) meneken financial closing untuk preliminary investment agreement dengan Perkebunan Nusantara III (PTPN III) dan PT PNM Investment Management.
Dalam kerja sama yang diteken, PNM Investment Management memberikan komitmen menerbitkan RDPT atas surat utang PTPN III dengan total nilai Rp2 triliun.
Direktur Utama PNM Investment Management Bambang Siswaji mengatakan telah mengadakan pre marketing untuk RDPT PTPN III. Pihaknya mengklaim instrumen tersebut mendapat respons bagus dari para investor.
Selanjutnya, Bambang menyebut akan menindaklanjuti dengan minat secara tertulis. Untuk tahap pertama, jumlah yang bakal diterbitkan senilai Rp1 triliun. “Tetapi kami melihat potensi upsize. Kalau lebih akan diambil juga,” paparnya.
Dia menjelaskan bahwa RDPT akan diterbitkan dalam beberapa tahap. Akan tetapi, ditargetkan seluruh dana Rp2 triliun masuk pada tahun ini.
Bambang mengungkapkan mayoritas investor yang berminat terhadap RDPT PTPN III berasal dari dalam negeri. Adapun, kucuran tersebut berasal dari dana pensiun, asuransi, hingga perbankan yang merupakan pelanggan tetap PNM Investment.
Secara detail, sambungnya, RDPT PTPN III berbasis efek surat utang. Artinya, perseroan akan menerbitkan surat utang jangka menengah atau medium term notes yang dikemas RDPT.
“[Dibandingkan dengan MTN murni] kalau ini ada perbedaan perlakuan pajak. Kalau RDPT, lebih efisien yang akan dinikmati oleh emiten juga investor,” jelasnya.
Pihaknya memproyeksikan secara gross RDPT PTPN akan dibanderol dengan kupon 10%. Namun, besaran itu masih dalam tahap preliminary.
Berdasarkan catatan Bisnis, sejumlah perseroan pelat merah telah menempuh emisi RDPT sepanjang 2018. Pertama, RDPT Mandiri Infrastruktur Ekuitas Transjawa tahap I oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk. dengan jumlah pokok Rp1,4 triliun.
Kedua, RDPT Berbasis SBP Tahap I 2018 oleh PT PP (Persero) Tbk. senilai Rp150 miliar. Ketiga, RDPT Ekuitas Danareksa Infrastruktur Trans Jawa oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk. senilai Rp5 triliun.