Bisnis.com, JAKARTA – Penyaluran kredit perbankan ke sektor pertambangan mulai mengalami pertumbuhan setelah sempat melesu akibat turunnya harga komoditas global.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. termasuk salah satu bank yang melaporkan kenaikan kredit pertambangan, kendati sektor tersebut bukan merupakan fokus utama perseroan pada tahun ini.
Menurut Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas, dibandingkan Maret 2017 lalu realisasi kredit pertambangan pada Maret 2019 tumbuh dua digit.
“Realisasi sampai dengan Maret yakni kurang dari 5% secara year to date (YtD) dan di atas 10% secara YoY,” kata kepada Bisnis, belum lama ini.
Dia mengatakan prospek sektor pertambangan ke depan masih dipengaruhi beberapa hal termasuk harga komoditas yang cenderung fluktuatif. Selain itu permintaan domestik dan ekspor yang meningkat tetapi masih berpotensi dipengaruhi oleh perang dagang dan nilai tukar.
Oleh karena itu emiten bersandi BMRI itu membidik pertumbuhan kredit sektor pertambangan dan penggalian di level yang cukup konservatif yakni hingga 5% secara tahunan.
“Sehingga untuk tahun 2019, BMRI akan tumbuh konservatif pada sektor-sektor yang berkaitan dengan komoditas, di mana artinya sektor tersebut bukan merupakan fokus tumbuh BMRI,” ujar Rohan.
Secara keseluruhan, realisasi penyaluran kredit BMRI hingga Maret 2019 cukup signifikan yakni sebesar 12,4% (YoY) menjadi Rp790,5 triliun. Khusus untuk penyaluran kredit produktif tercatat sebesar Rp522,6 triliun atau 76,3% dari portofolio kredit secara individual bank.
Sedangkan dari sisi penghimpunan dana, BMRI mengalami pertumbuhan 7,6% (YoY) atau sebesar Rp58,5 triliun menjadi Rp827,8 triliun. Sejalan dengan itu, aset Bank Mandiri meningkat 9,8% (YoY) menjadi sebesar Rp1.206,0 triliun. Realisasi penyaluran kredit dan penghimpunan dana itu juga membuat bank mampu mencetak laba bersih sebesar Rp7,2 triliun, tumbuh 23,4% (YoY).