Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Putuskan Suku Bunga Tetap 6 Persen

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menuturkan pihaknya akan melihat kondisi keuangan global dan kondisi stabilitas eksternal dalam mempertimbangkan penurunan suku bunga.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di sela-sela konferensi pers, di Jakarta, Kamis (25/4/2019)./Reuters-Willy Kurniawan
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di sela-sela konferensi pers, di Jakarta, Kamis (25/4/2019)./Reuters-Willy Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA -- Kendati telah melihat ancaman tekanan ekonomi, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) 19-20 Juni 2019 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan, BI 7 Day Reverse Repo Rate, tetap sebesar 6 persen.

Dengan demikian, suku bunga deposit facility turun menjadi 5,25 persen dan suku bunga lending facility menjadi 6,75 persen.

Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan pihaknya akan melihat kondisi keuangan global dan kondisi stabilitas eksternal dalam mempertimbangkan penurunan suku bunga. Dia mengklaim bank sentral telah melakukan kebijakan moneter yang akomodatif sejak beberapa bulan lalu. 

"Dengan pantauan sebulan, salah satu kebijakan moneter yang akomodatif dapat berupa penambahan likuiditas melalui operasi moneter untuk menambah dan memastikan kecukupan likuditas," ungkap Perry dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (20/9/2019).

Oleh karena itu, BI memutuskan untuk memperkuat kebijakan moneter yang akomodatif melalui penurunan Giro Wajib Moneter (GWM) sebesar 50 bps menjadi 6 persen serta 4,5 persen bagi bank konvensional dan bank syariah. 

Perry yakin kebijakan penurunan GWM akan menambah likuiditas hingga Rp25 triliun di perbankan dalam negeri. Strategi moneter yang tetap akomodatif melalui penurunan GWM dinilai dapat memperluas pembiayaan bagi perekonomian. 

Dalam RDG Juni 2019, BI melihat eskalasi perang dagang yang semakin mempengaruhi ekonomi global.

"Ketegangan perang dagang semakin nyata mempelambat ekonomi di sejumlah negara," ungkap Perry.

Penurunan kinerja ekspor menghantam sejumlah negara antara lain AS dan negara-negara Uni Eropa (UE). Sementara itu, ekonomi China dan India terimbas penurunan kinerja sektor eksternal, baik kinerja konsumsi maupun investasi. 

Alhasil, sejumlah bank sentral beberapa negara menjadi lebih dovish dan menerapkan kebijakan moneter yang lebih longgar. 

Dia menambahkan tensi ketegangan hubungan dagang ini dapat memicu ketidakpastian global sehingga mendorong aliran dana dari negara berkembang ke negara maju atau  flight to qualityOleh karena itu, BI dan pemerintah akan bekerja sama menghadapi tantangan dalam mendorong pertumbuhan dan menjaga tetap masuknya arus modal ke Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper