Bisnis.com, JAKARTA – Pembentukan aset oleh perbankan papan atas selama semester I/2019 mampu membuat beberapa bank bertukar peringkat di level menengah, sedangkan di level atas masih tidak mengalami perubahan berarti.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, peringkat 7 besar bank masih belum tergeser. Secara berurut, bank dengan aset paling besar hingga kecil diduduki oleh Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BCA, Bank BNI, Bank BTN, CIMB Niaga dan Bank Panin.
Adapun, pada rangking ke-8, ada Bank Danamon yang mengalami kenaikan aset konsolidasi menjadi sebesar Rp198,59 triliun per akhir Juni, tumbuh 8,87 persen secara tahunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Meski tidak tumbuh besar secara persentase, kenaikan aset membuat perseroan mampu naik tingkat dari peringkat 10 pada akhir 2018 dengan jumlah aset Rp159,6 triliun (bank only). Posisi peringkat perseroan tidak berubah sejak 2016.
Salah satu faktor penyebab “lompatan” peringkat aset PT Bank Danamon Indonesia Tbk. yakni adanya aksi korporasi merger atau penggabungan usaha.
Sejalan dengan naiknya porsi kepemilikan MUFG Bank, Ltd., (anak usaha perbankan Mitsubishi UFJ Financial Group, Inc.) menjadi 94,1 persen, MUFG menggabungkan anak usahanya Bank Nusantara Parahyangan dengan Bank Danamon sejak 1 Mei.
Sejak merger, perseroan semakin percaya diri mencetak pertumbuhan bisnis pada semester II/2019 sejalan dengan potensi kenaikan kredit dan pendanaan. Adapun selama enam bulan pertama tahun ini, Bank Danamon mencetak laba bersih Rp1,8 triliun.
“Hingga semester I/2019, kredit dan trade finance Bank Danamon tumbuh 11 persen menjadi Rp148 triliun yang dibarengi kenaikan dana simpanan. Giro dan tabungan tumbuh 8 persen sedangkan deposito naik 16 persen secara year on year,” kata Satinder Ahluwalia, selaku Chief Financial Officer Bank Danamon dalam paparan kinerja perseroan, beberapa waktu lalu.
Setali tiga uang, PT Bank BTPN Tbk. juga mengalami lompatan aset yang cukup besar. Mengutip laporan keuangan bulanan per Juni 2019, aset BTPN (bank only) mencapai Rp174,36 triliun, tumbuh 74,53 persen secara tahunan.
Dari perkiraan sementara, pertumbuhan aset itu membuat ranking BTPN lompat ke level 11. Bahkan perseroan berpotensi menggeser posisi PT Bank OCBC NISP Tbk. di ranking ke 10 dengan aset konsolidasi Rp178,04 triliun.
Padahal pada akhir 2018, aset BTPN secara individual bank masih Rp91,13 triliun yang membuatnya nangkring di level 14 bank terbesar di Indonesia.
Lompatan yang besar itu terjadi sejalan dengan tuntasnya proses merger dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia pada kuartal awal 2019. Tak hanya aset membubung, modal perseroan juga semakin solid.
Direktur Utama BTPN Ongki Wanadjati Dana pernah menjelaskan adanya aksi korporasi itu membuat BTPN akan mulai melayani segmen bisnis yang lebih luas yakni mulai dari korporasi skala besar, usaha kecil dan menengah, pembiayaan konsumer serta pembiayaan prasejahtera melalui anak usahanya BTPN Syariah.
“Ke depan kami ingin mengembangkan segmen komersial dan memperkuat retail banking. Dengan adanya merger ini, produk dan layanan kami nantinya akan semakin lengkap,” kata Ongki.
Selain dua bank itu, satu lagi bank yang mencatatkan kenaikan peringkat yakni PT Bank Syariah Mandiri (Mandiri Syariah). Anak usaha PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. itu menjadi satu-satunya bank syariah yang mampu menembus peringkat 15 besar bank beraset terbesar secara nasional.
Per Juni 2019, aset Mandiri Syariah mencapai Rp101,01 triliun, naik 8,83 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Direktur Utama Mandiri Syariah Toni EB Subari mengatakan pencapaian tersebut didorong perbaikan kinerja perseroan.
Total laba yang dicetak Mandiri Syariah naik 111,08 persen menjadi Rp551 miliar dari sebelumnya sebesar Rp261 miliar, ditopang kenaikan pendapatan, efisiensi serta perbaikan kualitas portofolio. Pendapatan berbasis fee Mandiri Syariah naik 26,20 persen dari Rp514 miliar menjadi Rp649 miliar.
“Dalam dua tahun terakhir, kami fokus pada pengembangan digital banking, terutama dalam memperluas fitur layanan Mandiri Syariah Mobile,” kata Toni.
Kenaikan aset Mandiri Syariah membuatnya mampu membalap ranking PT Bank Bukopin Tbk. yang mau tak mau tersingkir dari posisi 15 besar bank besar.
Bank Bukopin hanya mampu membukukan kenaikan aset sebesar 6,62 persen (YoY) dengan nilai total Rp97,74 triliun.
TURUN PERINGKAT
Sementara itu, beberapa bank lengser dari peringkatnya akibat pertumbuhan aset yang tidak maksimal, bahkan minus.
PT Bank OCBC NISP Tbk., misalnya, hanya membukukan kenaikan aset 4,55 persen. Walhasil perseroan mau tak mau tergeser dari sebelumnya ranking 8 pada tahun 2018 ke peringkat 10 besar. Begitu juga dengan Bank Permata, Bank Jabar dan Banten (Bank BJB), Bank UOB masing-masing turun satu tingkat dari peringkat yang sebelumnya menjadi ke level 12, 13 dan 14.
Bank BJB dan UOB tercatat mengalami pertumbuhan aset 6,41 persen dan 11,36 persen. Di lain pihak, aset PT Bank Permata Tbk. justru turun 7,59 persen. Asetnya menyusut dari Rp159,91 triliun menjadi Rp147,77 triliun.
Asal tahu saja, aset Bank Permata juga sempat minus 14,93 persen pada 2016 lalu minus 4,63 persen pada tahun 2017. Adapun sepanjang 2018, perkembangannya sempat membaik dengan pertumbuhan aset 3,22 persen. Kondisi itu membuat ranking perseroan merosot dari tahun ke tahun dari posisi sebelumnya di peringkat 6 besar pada 2015.