Bisnis.com, JAKARTA – Nilai aset PT Bank Permata Tbk. (BNLI) mengalami penurunan pada enam bulan pertama tahun ini.
Berdasarkan laporan keuangan Bank Permata semester I/2019, nilai aset mereka turun 7,26 persen secara year-on-year (yoy) menjadi Rp147,83 triliun.
Nilai aset emiten berkode BNLI ini terjadi meski fungsi intermediasi mengalami pertumbuhan 4 persen secara yoy. Pada saat bersamaan, nilai kredit bermasalah (non performing loan/NPL) Bank Permata juga turun 70 basis poin (bps) menjadi 3,6 persen.
Menurut Direktur Keuangan Bank Permata Lea Kusumawijaya, nilai aset perusahaannya menurun karena terdampak berkurangnya jumlah deposito berjangka.
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian, pada periode tersebut jumlah deposito yang dikelola Bank Permata turun 10,9 persen secara yoy menjadi Rp50,2 triliun. Penurunan simpanan berjangka di Bank Permata diperparah dengan kecilnya pertumbuhan jumlah giro dan tabungan yang mereka kelola sebanyak masing-masing 0,37 persen dan 0,47 persen.
“Penurunan jumlah aset Bank Permata disebabkan penurunan jumlah deposito berjangka yang memang merupakan strategi bank untuk menjaga likuiditas secara optimal, sekaligus mengendalikan biaya dana lebih efisien,” ujar Lea kepada Bisnis, Sabtu (7/9/2019).
Selain terpengaruh komposisi dana pihak ketiga (DPK), nilai aset Bank Permata juga terdampak melambatnya pertumbuhan kredit yang disalurkan sepanjang paruh pertama 2019. Pembiayaan yang disalurkan Bank Permata tumbuh 4,08 persen secara yoy, atau lebih rendah dibanding kenaikan kredit mereka tahun lalu yang mencapai 8,97 persen secara yoy.
Menurut Lea, kedepannya BNLI akan fokus menaikkan aset dengan menghimpun dana murah yang lebih banyak. Bank Permata bertekad memperbesar porsi giro dan tabungan untuk disalurkan ke kredit bagi nasabah.