Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dirut BTN Yakin Laba 2020 Dekati Rp2,8 Triliun

BTN akan meningkatkan kredit pada kisaran 10 persen pada 2020. Kinerja fungsi intermediasi ini bakal memberikan pendapatan yang lebih baik seiring dengan peningkatan porsi dana murah hingga 45 persen.
Aktivitas layanan nasabah di kantor PT Bank Tabungan Negara Tbk  (BTN), di Jakarta, Rabu (2/1/2018)./Bisnis-Dedi Gunawan
Aktivitas layanan nasabah di kantor PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), di Jakarta, Rabu (2/1/2018)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. optimistis dapat mencetak laba mendekati Rp2,8 triliun tahun ini.

Direktur Utama Bank BTN Pahala N. Mansury menyebutkan raihan laba bersih sepanjang 2019 cukup tertekan karena beban pencadangan yang tinggi. Hingga kini, perseroan belum memaparkan kinerja keuangan pada tahun lalu. Namun, laba 2020 diperkirakan kembali terkerek mendekati Rp2,8 triliun seperti realisasi pada 2018.

"Kinerja laba kami tahun ini tentunya akan membaik. Pastinya tumbuh positif dan akan mendekati Rp2,8 triliun," katanya, Selasa (3/2/2020).

Pahala menyebutkan tahun ini perseroan akan meningkatkan kredit dengan progresif pada kisaran 10 persen. Kinerja fungsi intermediasi ini akan semakin memberi pendapatan yang lebih baik seiring dengan peningkatan porsi dana murah hingga 45 persen.

"Dana murah kami akan semakin banyak dan memangkas beban dana kami. Rasio dana murah kami saat ini 43 persen dan kami naikkan ke 45 persen tahun ini," katanya.

Sebelumnya, Pahala menjelaskan dalam dua tahun terakhir berbagai peristiwa telah meningkatkan ketidakpastian, seperti dagang antara Amerika dan China yang kesepakatannya sampai pada fase pertama.

Ada juga masa depan Inggris yang masih dipertanyakan usai resmi hengkang dari Uni Eropa. Ketegangan antara Amerika dan Iran yang terus memanas, hingga penyebaran virus Corona, yang diproyeksikan mendorong China kehilangan momentum untuk tumbuh lebih tinggi.

Pahala berpendapat kondisi perekonomian global tersebut belum mampu mendorong volume perdagangan global, yang pada akhirnya membuat harga komoditas belum bisa terakselerasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper